Sejarah Bruderan Purwokerto
Pada bulan September 1931, setelah lima bruder baru datang dari Negeri Belanda, Bruder Karitas sempat membuka biara mereka yang kedua di Indonesia, yakni di Purwokerto. Komunitas terdiri dari tiga bruder yang baru dan dua orang yang telah berpengalaman dua tahun di Purwoerjo, antara lain Br. Micheas sebagai kepala biara. Untuk tempat tinggal sementara disewa sebuah rumah di pojok jalan Gereja dan jalan Sekolah (sekarang jl. Jend. Gatot Subroto). Mgr. Visser sudah mendirikan sebuah sekolah dan asrama, yang disediakan cuma-Cuma untuk pekerjaan para Bruder Karitas. Dan dalam bulan Oktober mereka membuka HCS dengan asrama, yang disusul oleh HIS. Kedua sekolah itu tidak mendapat subsidi. Di Purwokerto sudah terdapat HCS Negeri, sebuah HCS Protestan yang bersubsidi dan beberapa sekolah Tionghoa lain lagi. Maka HCS dan asrama Bruderan tidak menarik banyak murid karena dirasa terlalu mahal. Akhirnya asrama terpaksa ditutup pada tahun 1939. Untuk mendapat kontak dengan rakyat, pada tahun 1932 dibuka kursus untuk orang dewasa dengan mata pelajaran bahasa Belanda, bahasa Inggris dan Tata Buku. Kemudian didirikan pula sebuah perkumpulan kepanduan untuk anak-anak sekolah Bruderan. Akhirnya tahun 1932, Bruder Karitas membeli sebuah rumah yang masih agak baru. Lalu komunitas tukar rumah dengan bekas penghuni. Para bruder merasa geli melihat cara kerja para kuli yang memindahkan perabot rumah yang diiringi teriakan-teriakan tetapi dapat bekerja dengan cukup efisien. Rumah itu masih merupakan bagian muka Bruderan sekarang. Tahun berikutnya, rumah itu ditambah dengan beberapa kamar untuk Bruder-bruder yang baru dating. Tahun 1937 dibeli sebidang tanah seluas 2500 M persegi di sebelah Barat rumah biara, lalu di tanah itu didirikan sekolah dengan aula untuk HCS. Kemudian HIS pindah ke gedung di sebelah aula Selatan Gereja (yang dipakai selanjutnya untuk SD Bruderan dan sudah diambil alih oleh keuskupan pada masa kini). Tahun berikutnya, Mgr. Visser mendirikan sebuah gedung asrama lagi yakni di halaman HCS, lalu menghadiahkannya kepada Bruder Karitas. Setelah asrama dibubarkan, pada tahun 1939, di gedung itu dibuka sebuah MULO dan sebuah Schakelschoo. Kemudian dibeli sebidang tanah sawah seluas 6900 M persegi sebagai lapangan olehraga (tempat SMU Bruderan sekarang) dan juga untuk mendirikan gedung MULO di situ. Sayangnya rencana belum dapat diwujudkan karena kedatangan tentara Jepang.
Pada tanggal 13 April 1942 para Bruder Karitas mendapat perintah dari komandan Jepang untuk mengosongkan dan membersihkan semua ruang sekolah. Dan itu harus selesai sebelum jam 12 siang. Di samping itu ada perintah menghadiri rapat yang akan diadakan di karesidenan pada jam 12 siang pula. Maka bruder-bruder bekerja keras pagi itu. Lalu sebelum makan mereka pergi ke kantor karesidenan. Mereka mengira hanya untuk mendengarkan beberapa penjelasan saja, tetapi yang disuruh dating ke "rapat" itu hampir semua orang laki-laki Eripa dari kota Purwokerto dan sekitarnya, dan mereka terus disuruh berbaris bersama tentara Jepang ke sekolah Bruderan untuk diinternir (ditawan) di lokasi sekolah itu. Rupanya itulah maksudnya para bruder diperintahkan untuk mengosongkan ruangan kelas. Dengan demikian, para bruder "menikmati" hasil jerih payah kerjabakti mereka sendiri. Pada bulan Desember mereka dipindahkan ke penjara di Pekalongan, lalu ke kamp di Ngawi dan akhirnya ke tangsi di Cimahi. Di sana mereka tinggal sampai akhir perang.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Br. Alfonso mulai membuka H .I .S lagi. Waktu clash pertama, Juni 1947, Purwokerto diduduki oleh tentara Belanda. Mgr. Visser segera pergi ke sana untuk mengetahui keadaan. Kotanya ternyata sepi, sebab sebagian besar dari penduduk pribumi telah lari ke pegunungan sebagian rumah Bruder dan sekolah telah dibakar. Dengan bantuan Br. Alfonso dan beberapa guru Tionghoa, Mgr. Visser dapat mendirikan sebuah sekolah di bekas gedung H.I.S. Muridnya kebanyakan anak Tionghoa dan atas permintaan orang tua bahasa Belanda dijadikan bahasa pengantar. Memang permintaan itu ada hubungannya dengan situasi politik watu itu. Kemudian bersama dengan Pak Beter dan Pak Rasikun, Mgr. Visser membuka juga beberapa sekolah untuk anak-anak Jawa. Untuk dapat menghidupkan kembali sekolah-sekolah misi, ia minta beberapa tenaga Bruder kepada pengurus Bruder Karitas di negeri Belanda. Walaupun mula-mula dikemukakan beberapa keberatan, namun akhirnya ditentukan bahwa Br. Micheas dan Br. Josserandus akan kembali ke Indonesia. Pada tanggal 2 Desember 1947 mereka sampai di Purwokerto dan untuk sementara waktu menginap di pasturan. Segera diadakan rencana kerja. Br. Micheas akan mengepalai SD dan Br. Josserandus akan membuka SMP. Kedua sekolah akan menjadi "Sekolah Pool" maksudnya akan mendapat kedudukan seperti sekolah negeri, namun menjadi urusan misi.
Kebetulan tentara Belanda telah meninggalkan gedung bekas H.I.S. Negeri di dekat alon-alon, maka gedung itu dapat digunakan sebagai tempat sementara untuk SMP Bruderan. Setelah dicari bangku dan beberapa peralatan lain, pada tanggal 7 Desember 1947 sekolah dimulai. Tidak lama kemudian sekolah mendapat tambahan guru dan terjadilah banjir murid, sampai ratusan anak tidak dapat diterima karena kurang tempat. Untunglah pada waktu itu tentara Belanda meninggalkan biara dan gedung HCS. Br. Josserandus segera bertindak: anak-anak yang tidak tertampung dulu / dicatat dan pada tanggal 2 Pebruari 1948 diadakan test. Anak-anak yang lulus test lalu ditempatkan di gedung H.C.S. tersebut, bersama-sama mereka yang pindah dari gedung sekolah yang di dekat alon-alon.
Pada tanggal 13 Pebruari 1948 tibalah beberapa suster Ursulin yang sudah lama dinanti-nantikan dan sedikit demi sedikit mereka mengambil alih anak puteri dari SMP Bruderan.
Tahun 1949 komunitas mendapat tambahan lima Bruder, yakni Br Aetius, Br. Gabinus, Br. Heradus, Br. Aderitus dan Br. Gennardus. Tetapi dua diantara mereka hanya untuk sementara waktu, karena Br. Heradus dan Br. Gabinus tidak lama kemudian ke Purworejo.
Pada tahun 1950 status "Pool" untuk semua sekolah ditiadakan oleh pemerintah Indonesia. Kebanyakan dari bekas sekolah Pool kemudian mendapat subsidi, antara lain semua sekolah Bruderan yang ada pada waktu itu. Semua itu berkat usaha Br. Micheas. Para guru bebas memilih: tetap bekerja pada sekolah-sekolah Bruderan atau pindah menjadi guru sekolah negeri. Di SMP hal ini menimbulkan kesukaran karena cukup banyak guru memilih menjadi guru di sekolah negeri dan dipindahkan oleh inspeksi. Tetapi kesulitan ini juga dapat diatasi.
Atas permintaan banyak orang tua, pada tahun 1951 SMA Bruderan dimulai dibawah pimpinan Br. Josserandus. Pada awal Desember 1951 semua Bruder Karitas (Belanda) di Indonesia memilih kewarganegaraan Indonesia, kecuali mereka yang tidak berhak untuk memilih karena belum cukup lama tinggal di Indonesia.
Dalam tahun 1952 Br. Gabinus pindah kembali ke Purwokerto dan diangkat sebagai kepala misi merangkap kepala biara Purwokerto. Di samping segala kesibukan ia masih menyempatkan diri untuk mengajar di SMP. Br. Micheas pindah ke Purworejo untuk menjadi sekretaris Yayasan Pius. Yayasan itu sesuatu badan yang mengurus segala hubungan semua sekolah Suster dan Bruder yang bersubsidi di wilayah vikariat Purwokerto dengan pemerintah.
Tanggal 15 Oktober 1953 SMA Bruderan mendapat beslit subsidi dari inspeksi. Masih dalam tahun 1953 ini didirikan sebuah perkumpulan untuk anak Tionghoa oleh Br. Aderitus dan diadakan sebuah kursus bahasa Inggris untuk dewasa oleh Br. Josserandus, sedangkan Br. Aetius menyelesaikan penyusunan kamus bahasa Jerman-Indonesia (yang akhirnya diterbitkan oleh Penerbit Erlangga-Jakarta). Kamus itu ternyata mengalami cetak ulang terus. Berhubung dengan penggabungan Tarekat Bruder Sihing Widi maka pada tanggal 16 Juni 1953 Br. Josef Dwijawiyata pindah ke Purwokerto.
Sebulan sesudahnya Br. Aderitus pindah ke Purworejo untuk menjadi kepala SMP. Br. Genardus menggantikan sebagai kepala SMP di Purwokerto. Tugas Br. Gennardus kemudian diganti oleh Br. Aquinus. Bulan Juli 1955 mulai membangun gedung SMA Bruderan. Sejak dimulainya SMA, siswanya belajar dengan menumpang di gedung SD Bruderan dan bahkan terpaksa menempati dua ruang (antara lain kamar makan) di biara.
Dalam bulan Juli 1955 itu juga di biara, yang sudah diperluas ini dibuka novisiat Bruder Karitas pertama kalinya untuk pemuda Indonesia. Ada tiga orang postulan yang pertama kali masuk Tarekat Bruder Karitas, yang satu tahun kemudian menerima jubah dan diberi nama biara Br. Bernardius, Br. Fererius dan Br. Sebastianus. Lima tahun lamanya novisiat bertempat di Purwokerto, lalu dipindahkan ke Purworejo pada tahun 1960.
Oleh karena murid SD Bruderan sudah terlalu banyak, maka pada tahun 1955 dibuka SD lagi, yaitu SD Karitas. Untuk SD ini tahun 1958 didirikan gedung baru di Kejawar, yang termasuk wilayah paroki Purwokerto Timur.
Pada tanggal 24 November 1957 Tarekat Bruder Karitas memperingati 150 tahun berdirinya oleh Rama Petrus Yosef Triest di kota Gent Belgia. Mgr Schoemaker mempersembahkan misa pontifikal di halaman SMP. Selain anak-anak sekolah banyak orang datang menghadiri misa itu. Banyak orang yang menyaksikan sandiwara dan lain-lain untuk memeriahkan perayaan itu.
Berhubung dengan adanya ketentuan "Gaya Baru" untuk SMA, maka setiap sekolah harus mempunyai empat jurusan. Oleh sebab itu pada tahun 1962 gedung SMA Bruderan diperluas dan menjadi bangunan yang bertingkat dua. Dalam sekolah ini Br. Aetius memainkan peranan yang penting, tetapi pada tahun 1963 ia harus menghentikan pekerjaannya di sana karena alasan kesehatan dan terpaksa pulang ke negeri Belanda. Meskipun sering ada bermacam-macam kesulitan, namun karya pendidikan di sekolah-sekolah di Purwokerto maju terus, sehingga perlu memperluas gedung lagi. Pada tahun 1978 SMP menambah ruang lagi, dan tahun 1979 SMA juga menambah ruangan sesuai dengan tuntunan inspeksi.
Pada tahun 1985, dibuka TK Karitas di Kejawar yang memakai ruang di SD Karitas. Tetapi pada tahun 1987 telah dibuat gedung bertingkat untuk TK Karitas itu.
Semoga, dengan pertolongan Tuhan, usaha para Bruder Karitas dan rekan-rekan kerjanya berkembang dengan baik dan berlimpah-limpah demi Kerajaan Allah serta Nusa dan Bangsa Indonesia.
http://bruderan-purwokerto.blogspot.com/2009/03/sejarah-bruderan-purwokerto_18.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda, sumbangsih Blog saya...