SAMBUTAN

Selamat datang di
http://460033.blogspot.com
SARANA INTERAKTIF BERBAGI! http://460033.blogspot.com sangat mengharap sumbangan berbagai artikel dari para Pembaca yang budiman. Kesempurnaan hanyalah milik-Nya makadariitu http://460033.blogspot.com sangat mengharap kritik dan saran dari Pembaca. Rachmat W. P.

Senin, 13 Desember 2010

gambar pawukon

Gambar Pawukon Wuku : 01 Sinta

01_sinta


  1. Dewa Bumi : Bethara Yamadipati.
  2. Pohonnya Gendhayakan : Menjadi pelindung atau penolong orang sakit.
  3. Burungnya Gagak : Bisa menerima wangsit / ilham.
  4. Gedhongnya di depan : Suka memperlihatkan kekayaannya.
  5. Amandhi Umbul-umbul : Punya kemuliaan.
  6. Wuku Sinta Wulan Karahinan (bulan kesiangan) : Tidak sabaran.
  7. Aralnya : Ketika sedang mendapat peningkatan tidak dermawan, maka menyebabkan kejatuhannya.
  8. Sedekah / sesaji :
    Nasi pulen dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya pindang kerbau seharga 21 ketheng tidak boleh menawar.
  9. Do'anya : Tolak bilahi.
  10. Kala Jaya Bumi : Ada di timur laut menghadap barat daya.
  11. Saat wukunya berjalan, selama 7 hari : Sebaiknya tidak bepergian ke arah timur laut.
  12. Sinta patine wong ngawig : Matinya orang yang merasa mulia.
  13. Wuku Sinta baik untuk mengobati, membuat sarat supaya banyak hujan, mengobati / menawarkan orang terkena pengasihan atau sebaliknya.
  14. Tidak baik untuk menanam dan membuka pekarangan.
Gambar Pawukon Wuku : 02 Landhep

02_landhep


  1. Dewa Bumi : Bethara Maha Dewa.
  2. Pohonnya Gendhayakan : Menjadi pelindung atau penolong orang sakit.
  3. Burungnya Atat Kembang : Menjadi pegawainya orang besar, sering mengabdi.
  4. Gedhongnya di depan : Suka memperlihatkan kekayaannya.
  5. Kakinya berendam di air : Perintahnya lembut di depan panas di belakang. Wuku Landhep Soroting Srengenge :
  6. Menerangi hati semua orang.
  7. Aralnya : Kejatuhan pohon / kayu.
  8. Sedekah / sesaji :
    Nasi pulen dang-dangan beras senilai zakat fitrah, iwake menjangan dikolak, digecok, dan dibakar.
  9. Do'anya : Kabul, Selawatnya : 4 ketheng.
  10. Kala Jaya Bumi : ada di barat menghadap ke timur.
  11. Selama 7 hari jangan mendatangi Kala.
  12. Landep mina pringga pati.
  13. Wuku Landep baik untuk mengasah pedang, membuat pagar, membuat wisaya ikan.
  14. Tidak baik untuk pindah rumah, punya hajat perkawainan, berusaha , dan membuat pintu.
Gambar Pawukon Wuku : 03 Wukir

03_wukir


  1. Dewa Bumi : Bethara Mahayekti.
  2. Pohonnya Nagasari : wataknya prihatin.
  3. Burungnya Manyar : tidak mau dilebihi.
  4. Gedhongnya di depan :
    Suka memperlihatkan kekayaannya dan dermawan.
  5. 05. Wukir asri saka kadohan, yen dicedhaki mbilaheni :
  6. Wukir / gunung, (nampak indah dari kejauhan, kalau didekati berbahaya) : tidak diketahui isi hatinya dan berwatak suka memerintah.
  7. Aralnya : dianiaya.
  8. Sedekah / sesaji :
    Nasi uduk dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ayam putih dan kuluban (rebusan daun) lima macam.
  9. Do'anya : rajukna, slawatnya : 5 ketheng.
  10. Kala Jaya Bumi : ada di tenggara menghadap barat laut.
  11. Selama 7 hari menghindari bepergian ke arah tenggara.
  12. Wukir sato wana (hewan hutan) lesu :
    Memiliki pengaruh menundukkan hutan.
  13. Wuku Wukir baik untuk mantu, memperbaiki apa saja, berteman tulus.
  14. Tidak baik untuk pergi tetirah, mengobati penyakit, memasang tumbal, dan mendirikan rumah.
Gambar Pawukon Wuku : 04 Kurantil

04_kurantil


  1. Dewa Bumi : Bethara Langsur.
  2. Pohonnya Inggas : Selalu terburu-buru tetapi hatinya penyabar.
  3. Burungnya Slindhitan : tidak suka menganggur.
  4. Gedhongnya Terbalik : Boros tidak bisa menyimpan harta.
  5. Angiwakake banyu (air) : Suka selingkuh.
  6. Membawa umbul-umbul : Bisa hidup senang.
  7. Wuku Kurantil Anggara Kasih nuju Wogan : tidak baik hatinya.
  8. Aralnya : kalau memanjat.
  9. Sedekah / sesaji :
    Tumpeng dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ayam blirik dipecel.
  10. Do'anya : pina, slawatnya : 7 ketheng.
  11. Kala Jaya Bumi : ada di bawah menghadap ke atas.
  12. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari kegiatan ke arah bawah.
  13. Kurantil ibarat burung Dhandhang mati kelaparan : kesulitan mendapat nafkah.
  14. Wuku Kurantil baik untuk mencari jodoh.
  15. Tidak baik untuk menikahkan anak, mengumpulkan orang, menanam, berteman sering bertengkar.
Gambar Pawukon Wuku : 05 Tolu

05_tolu


  1. Dewa Bumi : Bethara Bayu.
  2. Burungnya Branjangan : suka membuat perkara.
  3. Umbul-umbulnya ada di belakang :
    Keberuntungannya jatuh belakangan.
  4. Gedhongnya didepan : suka memamerkan kekayaannya.
  5. Wuku Tolu : angkuh dan susah dilayani kemauannya.
  6. Aralnya : kena gigitan taring dan sengat.
  7. Sedekah / sesaji : Nasi uduk dang-dangan beras senilai zakat fitrah lauknya ayam dilembaran.
  8. Do'anya : Kabul, slawatnya : 4 ketheng.
  9. Kala Jaya Bumi : ada di barat laut menghadap tenggara.
  10. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian kearah barat laut.
  11. Tolu pasarean kehing wuku : Tolu kuburan semua wuku (minggu).
  12. Wuku Tolu baik untuk mencari nafkah, mengobati orang sakit, menanam pindah tempat, mantu.
  13. Tidak baik untuk berkhianat, berjudi, memanen buah-buahan yang pohonnya tinggi (palakirna).
 Gambar Pawukon Wuku : 06 Gumbreg

06_gumbreg

  1. Dewa Bumi : Bethara Cakra.
  2. Pohonnya Beringin : menjadi tempat berlindung.
  3. Burungnya Ayam Alas : disenangi orang berpangkat.
  4. Gedhongnya di sebelah kiri : tulus ikhlas.
  5. Kakinya berendam di air :
    Perintahnya lembut di depan panas di belakang.
  6. Gumbreg geter wong tinuku abane :
  7. Berwibawa dan berpengaruh, semua perintahnya diikuti bawahan.
  8. Aralnya : kalau berada di air.
  9. Sedekah / sesaji :
    Nasi dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ayam barumbun dipindang, kuluban 9 macam.
  10. Do'anya : rajukna, slawatnya : 4 ketheng.
  11. Kala Jaya Bumi : ada di selatan.
  12. Kalau wukunya berjalan, selama 7 hari hendaknya menghindari bepergian ke arah selatan.
  13. Gumbreg patining wreksa : Gumbreg kelemahan bagi yang mengandalkan kekuatan jasmani.
  14. Wuku Gumbreg baik untuk merundingkan berbesanan, untuk mencari nafkah mendapat keberuntungan.
  15. Tidak baik untuk menanam kebun, mendirikan rumah, memulai berbagai karya dan bepergian.
Gambar Pawukon Wuku : 07 Warigalit

07_warigalit


  1. Dewa Bumi : Bethara Asmara.
  2. Pohonnya Sulkastri Tanpa Bunga, Buahnya jadi obat : Kesayangan pembesar.
  3. Burungnya Kepodang : Wataknya pemarah.
  4. Menghadap Candi : hidupnya selalu prihatin.
  5. Warigalit tan nganti sandhang pangane :
    Selalu tidak kecukupan sandhang pangannya.
  6. Aralnya : sering ikut terserempet perkara.
  7. Sedekah / sesaji :
    Nasi dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ikan rancaban digecok.
  8. Do'anya : tulak bilahi, slawatnya : 4 ketheng.
  9. Kala Jaya Bumi : ada di atas menghadap ke bawah.
  10. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari kegiatan memanjat.
  11. Wuku Warigalit baik untuk berkenalan dan persaudaraan, memuliakan leluhur, mengalirkan air, bepergian mengunjungi sanak kerabat.
  12. Tidak baik untuk menyeleweng, bepergian jauh dan berperang.
Gambar Pawukon Wuku : 08 Warigagung

08_warigagung


  1. Dewa Bumi : Bethara Maharesi, banyak bicara.
  2. Pohonnya Cemara : Angkuh, suka berbuat "tidak baik" (suka menggoda).
  3. Burungnya Bethet : bisa mencari nafkah sendiri.
  4. Gedhongnya di depan dan di belakang : setengah hemat.
  5. Umbul-umbul ada di belakang :
    Keberuntungannya jatuh belakangan.
  6. Warigagung kethuk lindu :
    Sangat memperhatikan terhadap sandang pangan dirinya (sumber penghidupan).
  7. Aralnya : berasal dari sanak saudaranya sendiri.
  8. Sedekah / sesaji :
    Nasi uduk lauknya bebek putih yang dimasak berasa gurih, kuluban (dedaunan direbus) lima macam.
  9. Do'anya : rasul, slawatnya : 4 ketheng.
  10. Kala Jaya Bumi : ada di utara menghadap ke selatan.
  11. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian menuju utara.
  12. Warigagung ladang mati : tempat yang mati.
  13. Wuku Warigagung baik untuk mendirikan rumah, bercocok tanam, berbesanan, berguru ilmu kebatinan.
  14. Tidak baik untuk pergi menyamar, pindah tempat, menyiksa binatang piaraan.
Gambar Pawukon Wuku : 09 Julungwangi

09_julungwangi


  1. Dewa Bumi : Bethara Sambo.
  2. Pohonnya Cempaka : banyak disenangi orang.
  3. Burungnya Kutilang : banyak bicaranya.0
  4. Menghadap pasu berisi air :
    Ikhlas, berbudi baik, tidak suka menyimpan harta.
  5. Umbul-umbul berada di depan : sangat disenangi orang berpangkat/besar.
  6. Aralnya : diterkam harimau.
  7. Sedekah / sesaji :
    Nasi kebuli lauknya ayam merah dicampurkan nasi.
  8. Do'anya : tulak bilahi, slawatnya : kucing.
  9. Kala Jaya Bumi : ada di barat daya menghadap timur laut.
  10. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian menuju ke arah timur laut.
  11. Julungwangi banteng lumpuh : banteng adalah simbul sikap yang tangguh, namun lumpuh tidak mampu diberdayakan.
  12. Wuku Julungwangi baik untuk bepergian lakubrata, bisa mendapatkan wahyu, membuka tanah untuk menanam, untuk menggelar kawruh akan digugu.
  13. Tidak baik untuk bepergian jauh, pindah tempat, punya hajat, mendirikan apa saja, bekerja mencari nafkah, mengobati orang sakit.
Gambar Pawukon Wuku : 10 Sungsang

10_sungsang


  1. Dewa Bumi : Bethara Gana.
  2. Pohonnya Tangan : suka kegiatan tidak mau menganggur.
  3. Burungnya Nori :
    Boros, dermawan, jauh rejekinya, hatinya jahat dan serakah.
  4. Sungsang mega mendhung :
    Wataknya peteng atine (tega, berani).
  5. Aralnya : terkena besi.
  6. Sedekah / sesaji :
    Nasi dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ayam dan bebek dimasak apa saja, urap dari sembilan macam daun-daunan.
  7. Do'anya : slamet kabul, slawatnya : 10 ketheng.
  8. Kala Jaya Bumi : ada di timur menghadap ke barat.
  9. Saat wukunya berjalan selam 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian menuju ke timur.
  10. Sungsang wurung tiba (datangnya api) : kehadirannya bagaikan datangnya api, menerangi, berwibawa, tetapi juga membuat gerah orang.
  11. Wuku Sungsang baik untuk mencari nafkah, pindah tempat, berteman, berkerabat, berbesanan, mbabar kain batik, menanam.
  12. Tidak baik untuk memanjat, menebang kayu kebun, pergi jauh, bersenang-senang, beramai-ramai dan berperang.
Gambar Pawukon Wuku : 11 Galungan

11_galungan


  1. Dewa Bumi : Bethara Kamajaya : lambang pecinta dan setia.
  2. Pohonnya Tangan : berwatak tidak mau menganggur.
  3. Burungnya Bidho : Hatinya keras, berkeinginan tidak baik memiliki barang orang lain.
  4. Memangku bokor berisi air : Dermawan tetapi boros.
  5. Galungan sering terlena pada keinginan yang mengharu-biru hatinya.
  6. Aralnya : suka bertengkar.
  7. Sedekah / sesaji :
    Nasi dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya daging kambing atau ayam hitam mulus dipindhang.
  8. Do'anya : klemat pina, slawatnya : 60 ketheng.
  9. Kala Jaya Bumi : ada di timur laut.
  10. Saat berjalan wukunya, sebaiknya menghindari bepergian ke arah timur laut.
  11. Galungan pring anggagar : bambu kekeringan sehingga tidak bisa berkembang.
  12. Wuku Galungan baik untuk tirakat (bertapa), mengunjungi sanak kerabat, berguru kawruh (pengetahuan).
  13. Tidak baik untuk menanam bambu, bepergian jauh, mengobati penyakit.
  14. Tidak baik untuk menanam bambu, bepergian jauh, mengobati penyakit, menikahkan, mengharap jadi priyayi (orang terhormat), mendirikan rumah.
 

Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 12 Kuningan

12_kuningan


  1. Dewa Bumi : Bethara Indra.
  2. Pohonnya Wijayakusuma : Rupawan.
  3. Burungnya Urang-urangan : kikir.
  4. Kuningan pinuteja : tercerahkan, selamat.
  5. Aralnya : diamuk / dikeroyok.
  6. Sedekah / sesaji :
    Sega punar dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya rancaban serba digoreng.
  7. Do'anya : selamat kabul, slawatnya : uang baru 25 ketheng.
  8. Kala Jaya Bumi : ada di barat menghadap ke timur.
  9. Saat wukunya berjalan selam 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian menuju arah barat.
  10. Kuningan tata paruthul :
    Gersang, jangan menanam pohon yang diambil kayunya.
  11. Wuku Kuningan baik untuk menjalin persaudaraan, mecari nafkah, menolong orang.
  12. Tidak baik untuk menanam, memperindah rumah, menikahkan anak.
 

Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 13 Langkir

13_langkir


  1. Dewa Bumi : Bethara Kala.
  2. Pohonnya Cemara Sol (roboh) dan Pohon Ingas :
  3. Auranya panas, sehingga tidak bisa dijadikan tempat berlindung, kurang baik wataknya dan suka berbuat jahat.
  4. Burungnya Gemak :
    Wataknya berani bertindak jahat dan tidak baik.
  5. Langkir uripe sarwa oyod (hidupnya serba akar) :
    Hatinya kaku sehingga menyusahkan diri sendiri.
  6. Aralnya : yang dihadapi kecurian dan berkelahi.
  7. Sedekah / sesaji :
    Nasi pulen dang-dangan senilai zakat fitrah, lauknya daging kambing atau ikan air di lembaran, bermacam-macam 9 sayur.
  8. Do'anya : slamet pina.
  9. Kala Jaya Bumi : ada di tenggara menghadap ke barat laut.
  10. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian yang menuju arah tenggara.
  11. Langkir ana kang wani (ada yang berani) : sering mendapat musuh.
  12. Wuku Langkir baik untuk menanam, bepergian, berbesanan, mewarangi senjata, menobati penyakit.
  13. Tidak baik untuk berkhianat, berperkara dan bertengkar.
 

Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 14 Mandasiya

14_mandasiya


  1. Dewa Bumi : Bethara Brama.
  2. Pohonnya Asam : menjadi tempat berlindung orang susah.
  3. Burungnya Platuk Bawang : tenaganya kuat.
  4. Gedhongnya di depan tertutup pintunya :
    Hemat, kalau memberi punya harapan untuk mendapat sanjungan, tinggi hati.
  5. Mandhasiya anggara kasih :
  6. Bisa memberi perlindungan pada orang lain.
  7. Aralnya : kena gigitan taring.
  8. Sedekah / sesaji :
    Nasi ambeng dua, lauknya ayam merah dimasak pindang ditambahi among-among (nasi tumpeng yang diberi kuluban sayur).
  9. Do'anya : slamet, slawatnya : uang baru 40 ketheng.
  10. Kala Jaya Bumi : ada di bawah menghadap ke atas.
  11. Saat wukunya berjalan , sebaiknya menghindari kegiatan kearah bawah, umpamanya membikin sumur).
  12. Mandhasiya mina ninggal banyu : kehilangan lahan hidup.
  13. Wuku Mandhasiya baik untuk persahabatan, mengobati penyakit, punya hajat mantu dan lainnya.
  14. Tidak baik untuk bepergian, mencari nafkah, membuat sumur dan membuka perkarangan.
Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 15 Julungpujud

15_julungpujut


  1. Dewa Bumi : Bethara Guritno.
  2. Pohonnya Rembuyut : baik penampilannya, sering dicari.
  3. Burungnya Emprit Tondhang :
    Mandiri dalam penghasilan, baik ucapannya.
  4. Julung Pujud lengkawa :
    Berwatak tidak pernah serius (sembrono).
  5. Aralnya : ditenung / disantet.
  6. Sedekah / sesasji :
    Nasi tumpeng, lauknya ayam merah, kuluban 9 macam.
  7. Do'anya : qunut, slawatnya : 30 ketheng.
  8. Kala Jaya Bumi : ada di barat laut menghadap tenggara.
  9. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian ke arah barat laut.
  10. Julungpujud Sapi Gumarang Tumurun : banyak penyakit menular, "Sapi -Gumarang" juga merupakan simbul nuansa kebirahian.
    Tumurun artinya : nuansa keberahian itu aktif. Mereka yang berwuku Julungpujud memiliki nafsu besar.
  11. Wuku Julungpujud baik untuk mencari nafkah, memelihara hewan, rajakaya (kerbau, sapi, kuda), menanam palakirna (buah-buahan).
  12. Tidak baik untuk merencanakan pergi mencari syarat.
Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 16 Pahang

16_pahang


  1. Dewa Bumi : Bethara Tantra.
  2. Pohonnya Gendhayakan : menjadi pelindung orang sakit.
  3. Burungnya Cocak :
    Pandai bicara, suka bertempat di perkotaan.
  4. Gedhongnya terbuka pintunya : ikhlas dermawan.
  5. Memandhi (menyunggi) praja :
    Ucapannya bernuansa panas.
  6. Ngiwakake banyu (meminggirkan ke kiri pasu air) :
    Kurang baik budi pekertinya.
  7. Pahang ora pinuju ing ati (Pahang tidak berkenan di hati) : Mudah tersinggung.
  8. Aralnya : dianiaya.
  9. Sedekah / sesaji :
    Nasi gurih dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ayam putih lembaran.
  10. Do'anya : rasul, slawatnya : 40 ketheng.
  11. Kala Jaya Bumi : ada di selatan menghadap ke utara.
  12. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian yang menuju ke arah selatan.
  13. Pahang ibarat burung terkena jerat : lengah.
  14. Wuku Pahang baik untuk mengobati penyakit, menanam apa saja, menikah.
  15. 12. Tidak baik untuk bepergian jauh, mencari nafkah, merencanakan dan memperbaiki apa saja.
Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 17 Kuruwelut

17_kuruwelut


  1. Dewa Bumi : Bethara Wisnu.
  2. Pohonnya Parijatha :
    Cekatan tetapi nakal (suka mengganggu orang).
  3. Burungnya Sepahan : selalu prihatin.
  4. Kuruwelut air jernih di dalam pasu / jembangan :
    Hatinya dipenuhi perasaan selamat.
  5. Aralnya : terkena peluru.
  6. Sedekah / sesaji : kambing tujah atau topong.
  7. Do'anya : selamat kabulna, slawatnya : uang senilai satu gram emas.
  8. Kala Jaya Bumi : ada di atas menghadap ke bawah.
  9. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari memanjat.
  10. Kuruwelut ibarat pohon kapas kekeringan : lemah dan sakit-sakitan.
  11. Wuku Kuruwelut baik untuk melihat-lihat calon mantu, merencanakan membuat atau memperbaiki rumah.
  12. Tidak baik untuk bepergian, memperbaiki apa saja, mengobati penyakit, menanam jujutan (tanaman sejenis jagung).
Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 18 Marakeh

18_marakeh


  1. Dewa Bumi : Bethara Surenggana.
  2. Pohonnya Trengguli, bunganya tidak bermanfaat, buahnya asri:
    Tidak bisa disuruh pergi jauh, menjadi pusat perhatian orang ketika dalam pertemuan.
  3. Umbul-umbulnya terbalik : cepat mencapai sukses.
  4. Gedhongnya disunggi :
    Suka memamerkan karunia Tuhan yang diperoleh.
  5. Marakeh damar agung marapit : daya ingatnya kuat.
  6. Aralnya : dianiaya.
  7. Sedekah / sesaji :
    Nasi gurih, luknya ikan di lembaran, sayuran lima macam dan juadah dari membeli.
  8. Do'anya : tulak bilahi, slawatnya : 100 dhuwit.
  9. Kala Jaya Bumi : ada di utara menghadap ke selatan.
  10. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian arah ke utara.
  11. Marakeh brana sempal (perhiasan tanggal/putus) : tetap berharga.
  12. Wuku Marakeh baik untuk menanam padi, pasang tumbal, memperbaiki rumah, membuat pekarangan.
  13. Tidak baik untuk bekerja sambilan, berkasih-kasihan dan berpindah tempat.
Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 19 Tambir

19_tambir


  1. Dewa Bumi : Bethara Siwah, kebaikan lahirnya bermuatan pamrih di batin.
  2. Pohonnya Upas:
    Tidak bisa dijadikan tempat berlindung / mengabdi.
  3. Burungnya Prenjak : tinggi cita-citanya.
  4. Menyandhing Gedhong : suka membual.
  5. Tambir Anggara Kasih upas racun :
    Batinnya tidak selamat.
  6. Aralnya : dijahili / dikerjai orang.
  7. Sedekah / sesaji :
    Nasi pulen dan nasi uduk, lauknya pindang bebek dan ayam.
  8. Do'anya : slamet pina, slawatnya : pisau baja dan jarum satu.
  9. Kala Jaya Bumi : ada di barat daya menghadap ke timur laut.
  10. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian yang menuju arah ke barat daya.
  11. Tambir lesu sarirane : sering kehilangan gairah / semangat.
  12. Wuku Tambir baik untuk pergi mencari nafkah, menanam pohon buah-buahan (palakina), menancapkan turus (cabang / ranting pohon yang bisa tumbuh setelah ditancapkan di tanah), berguru ilmu kebatinan dan pergi berperang.
 

Gambar Pawukon Wuku : Wuku : 21 Maktal

21_maktal


  1. Dewa Bumi : Bethara Sakri.
  2. Pohonnya Nagasari dan burungnya Ayam Alas :
    Banyak yang bersimpati, ucapannya mememikat, pandai berbakti dan mengabdi.
  3. Gedhongnya ditumpangi umbul-umbul :
    Mendapatkan kekayaan dan kehormatan bersamaan.
  4. Maktal pancawara amor angin (tersohor dan terkabarkan) : besar hatinya.
  5. Aralnya : berkelahi.
  6. Sedekah / sesaji :
    Nasi pulen dan nasu gurih, lauknya pindang bebek dan ayam lembaran.
  7. Do'anya : memuliakan Nabi dan selamatnya Adam.
  8. Kala Jaya Bumi : ada di timur laut menghadap barat daya.
  9. Saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya menghindari bepergian yang menuju ke arah timur laut.
  10. Maktal ibarat harimau kelaparan yang siap menerkam.
  11. Wuku Maktal baik untuk menikahkan, mengundang kerabat untuk suatu keperluan, memperbaiki apa saja dan memuja Tuhan.
  12. Tidak baik untuk bepergian, pindah rumah / tempat dan meminjamkan uang.

Resep Asam Pedas Ikan Patin

Resep Asam Pedas Ikan Patin

Resep Asam Pedas Ikan PatinGulai Asam Pedas Ikan Patin Kuliner Khas Pekanbaru Riau sungguhlah nikmat membuat lidah bergoyang. Menu Gulai Asam Pedas Ikan Patin ini dapat anda perolah di rumah makan dan restoran di Pekanbaru. Kalau anda ingin mencoba membuatnya sendiri pun tak masalah. Karena Bahan dan bumbunya mudah didapat. Berikut ini Resep Asam Pedas Ikan Patin, semoga Resep Asam Pedas Ikan Patin yang kami hadirkan kepada penikmat kuliner dan para koki rumah tangga dan yang suka masak-memasak langsung bisa mempraktekkannya baik itu perempuan maupun laki-laki.

Bahan-bahan memasak Asam Pedas Ikan Patin:
1 Kg ikan Patin
1 ons belimbing wuluh
1 sd teh garam
Penyedap rasa secukupnya
2 sd makan minyak goreng
1 buah tomat iris
1 lembar daun kunyit
3 lembar daun jeruk
1 ruas lengkuas memarkan
1 batang serai
air 2 gelas

Bumbu-Bumbu Asam Pedas Ikan Patin :
1 ons cabe merah
5 siung bawang merah
5 siung bawang putih
1 ruas jari jahe

Cara Memasak Asam Pedas Ikan Patin:
Semua bumbu digiling halus dan ditumis,kemudian masukkan daun-daun,lalu masukkan air setelah mendidih masukkan ikan yang sudah dibersihkan,masukkan belimbing wuluh.setelah agak matang kecilkan api beri penyedap rasa dan masukkan tomat.

Biasanya masing-masing rumah makan mempunyai racikan khusus untuk menambah nikmat dan gurihnya Gulai Asam Pedas Ikan Patin ini atau anda pribadi mempunyai pengalaman memasak Gulai Asam Pedas Ikan Patin dan mempunyai bumbu rahasia yang khas dalam memasak Gulai Asam Pedas Ikan Patin, sudi kiranya dibagi-bagi disini. Thanks


http://www.sungaikuantan.com/2010/02/resep-asam-pedas-ikan-patin.html 

Hidangan Kenduri ala Melayu Indragiri

Hidangan Kenduri ala Melayu Indragiri

Masyarakat tradisional dikenal banyak menyelengarakan upacara adat. Seiring kemajuan zaman, tentu saja saat ini sudah banyak upacara yang disederhanakan. Dengan alasan agar lebih praktis, bahkan tata cara diubah hingga menghilangkan makna filosofis yang dikandungnya. Misalnya dalam penyajian hidangan makanan, saat ini lebih banyak dengan cara prasmanan.
Hidangan Kenduri ala Melayu Indragiri
Hidangan Kenduri ala Melayu Indragiri

Walaupun tak mengenal table manner layaknya kebudayaan barat, masyarakat Melayu memiliki tata cara khusus dalam menghidangkan makanan dalam acara kenduri (hajatan, selamatan). Berikut ini tata cara menghidangkan makanan pada kenduri dalam tradisi Melayu Indragiri yang saya rekam dalam memori.

Masyarakat Melayu puak Indragiri menyebutnya makan berhidang atau makan sebekas (bekas= wadah; makan di wadah yang sama), di tempat lain ada yang menyebutnya makan sejambar. Setiap 5 (lima) orang duduk di lantai beralas tikar pandan (atau saat ini kadang digantikan karpet) melingkar mengelilingi hidangan yang terdiri dari:

*5 piring yang sudah berisi nasi (biasanya dengan porsi besar) dan ditutup dengan tangkupan piring (pinggan), bila tamu merasa porsi nasi terlalu besar ia dapat mengurangi dan memindahkan sebagian nasi ke piring tangkupan tersebut ketika akan mulai makan.

*5 gelas berisi air minum tawar
*5 gelas berisi air minum manis (teh atau kopi)
*Sebuah talam (baki) yang berisi 5 piring lauk-pauk yang berbeda jenisnya. Talam ini ditutup dengan tudung saji dan baru dibuka ketika akan mulai makan. Konon piring lauk pauk ini harus berjumlah ganjil, umumnya 5, minimal 3. Bila lauk pauk hanya 4 piring maka dilengkapi dengan 1 piring kue agar jumlah piring tetap ganjil.
*mangkok basuh untuk mencuci tangan diletakkan di atas piring kecil beralaskan serbet

Bila ada 40 tamu berarti akan ada 8 lingkaran. Sebelum meletakkan hidangan, kain panjang berwarna putih dibentangkan di atas tikar pandan (atau karpet).

Makna filosofis hidangan sebekas ini terutama adalah cerminan masyarakat Melayu yang egaliter, semua anggota masyarakat dipandang sama tanpa ada pembedaan kelas sosial. Ada semangat kebersamaan serta penghormatan kepada tamu. Penggunaan penutup wadah makanan (pinggan penangkup untuk nasi dan tudung saji untuk lauk pauk) di terapkan secara ketat. Pada zaman dahulu mungkin untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan terkait dengan praktik ilmu sihir melalui makanan oleh pihak yang biasanya ingin menjatuhkan citra tuan rumah. Tetapi saat ini tetap relevan terutama bila dikaitkan dengan hygiene makanan dan tentu saja nilai estetika.
Hidangan Kenduri ala Melayu Indragiri2
Konsep makanan sebekas dalam gaya modern (dipadukan dengan western table manner) saya temukan di Malaysia seperti gambar di bawah ini. Resepsi selamat datang dalam rangka upacara pembukaan Training on Veterinary Services yang ditaja oleh Malaysian Technical Cooperation Program (MTCP) pada tahun 2005 diselenggarakan di Putrajaya Marriott Hotel di Putrajaya. Konsep makanan sebekas dengan style modern ini sangat tepat untuk tema hidangan Melayu terutama untuk penyajian di Hotel.

repost by Pak Ngah

http://www.sungaikuantan.com/2010/02/hidangan-kenduri-ala-melayu-indragiri.html 

Sop Tunjang Pertama, Pekanbaru Riau

Sop Tunjang Pertama, Pekanbaru Riau

Sop Tunjang Pertama, di Kota Pekanbaru Riau. Sangat disayangkan sekali kalau anda berkunjung ke Pekanbaru tidak menikmati jajanan khas Kota Pekanbaru. Berbagai macam sajian kuliner khas kaki lima murah meriah terhampar disepanjang jalan-jalan di Kota Pekanbaru. Berikut ini kita akan mendengarkan cerita salah seorang kawan (Eddy Sebayang) yang berkunjung ke Kota Pekanbaru dan menikmati Wisata Kuliner Kota Pekanbaru Riau, "Sop Tunjang Pertama"

"""Kebetulan beberapa hari kemarin saya dan juga beberap rekan dan atasan berada di kota Pekanbaru untuk suatu tugas. Tugas mulia. Berusaha memberikan layanan dan memenuhi kebutuhan masyarakan kota Pekanbaru akan komunikasi selular. Dan hari Jum’at kemarin adalah hari terakhir kami disana. Sebelum meninggalkan kota Pekanbaru saya dan rekan saya berencana buka puasa dng makanan khas kota Pekanbaru. Setelah berdiskusi dan meminta saran termasuk dari driver kami yg memang penduduk kota Pekanbaru, maka kami memilih buka puasa makan Soup Tunjang. Dan pilihannya adalah Rumah Makan Soup Tunjang Pertama di jalan Pinang.

Namanya memang Rumah Makan Sop Tunjang Pertama. Saya sendiri kurang tahu, apakah memang rumah makan ini yang pertama kali memperkenalkan sop tunjang atau hanya sekedar namanya saja. Teletak dijalan Pinang No. 36. Masuk dari jalan Jend. Sudirman belok kiri, setelah melewati tempat makan durian Yudi. Masuk kedalam jalan Pinang sekitar 100 meter saja. Berada disebelah kanan jalan, bangunan masih dari papan, berwarna cat orange tapi bersih dan tertata rapi. Nyaman… dan bagi Anda yang menginap di Hotel Pangeran Jl. Jend. Sudirman, Pekanbaru. Tinggal menyebrangi jalan Jend. Sudirman. Jalan Pinang ini berada persis lurus dng pintu keluar Hotel Pangeran, Pekanbaru. Dekat sekali.

Sop Tunjang Pertama, Pekanbaru Riau
Menu yang disediakan antara lain, Sop Daging Sapi, Sop Ayam dan tentu saja Sop Tunjang. Saya penasaran, seperti apa sih yang namanya Sop Tunjang itu. Apakah memang potongan daging tunjang yang disopu. Atau sejumlag dengkul sapi yang masih terbungkus daging tunjang yang di sop. Bingung…makanya saya mau coba.
Kami masing-masing memesan satu porsi Sop Tunjang dan sepiring nasi. Dan ya ampun nasinya sedikit sekali. Bila dibanding dng nasi padang yang terkadang kelewat banyak. Tapi jangan khawatir, bisa nambah kok.

Tidak berapa lama hidangan datang. Ternyata yang namanya Sop Tunjang itu nggak beda dng Sop daging sapi lainya. Yaitu; semangkok Sop berisi potongan daging sapi, ada tulang iga yang terbungkus daging, juga tulang lainnya dengan daging dan tetelan yang masih menempel dan sekerat tunjang. Isi yang disajikan memang nggak jauh berbeda dengan soup pada umumnya. Tapi aromanya berbeda dng sop dari Medan atau sop dari Aceh. Aroma lada dan daun seledri sangat terasa. Hhe.e m m m… karena belum beduk, jadi kami hanya bisa mencium aromanya saja dulu. Belum boleh mencicipi, belum waktunya untuk berbuka puasa. Semuanya pura-pura cuek, padahal hidung ini sudah kembang kempis berusaha menahan sambaran aroma merica dan daun seledri dari Sop Tunjang yang sudah terhidang ini. Kok perasaan waktu jadi makin lambat ya?.

Tidak beberapa lama tiba-tiba suasana menjadi hening, yah karena semua tamu berusaha memasang telinga masih-masing, sensor telinga menjadi peka. Berusaha menangkap kalau-kalau ada suara adzan berkumandang. Dan benar saja, sayup-sayup terdengar suara adzan. Alhamdulillah..tiba juga waktunya berbuka puasa. Segera saya mencicipi kuahnya….yap…seperti dugaan saya, terasa sekali pedas merica. Nikmat sekali ditambah dng taburan daun seledri yang harum mengundang selera.

Setelah minum air putih dan sedikt cemilan ringan. Bersiap mencoba hidangan Sop Tunjang. Sebelumnya tambah sedikit kecap manis, beberapa tetes sari jeruk nipis dan sedikit sambal sebagai penambah selera. Dan rasanya sungguh nikmat. Dan biar lebih berfariasi saya tambahkan krupuk kulit dipiring nasi saya. Biar ada sensasi kriuknya.

Rumah Makan Sop Tunjang Pertama ini buka hingga pukul 20.30 wib. Dan rumah makan ini lumayan luas. Ada sekitar 20 meja tersedia bagi tamu. Jadi meski terlihat kecil tapi cukup luas. Cocok juga untuk menjamu rekan kerja atau keluarga. Dan harganya juga murah. Kami makan bertiga dng pesanan yang sama Sop Tunjang, tidak sampai Rp. 50.000. Murah ya… padahal kami makan bertiga. Mungkin karena yang kita pesan kebanyakan tulangnya kali yah…ha…ha…ha… tapi walau begitu sajian Sop Tunjang Pertama ini nikmat dan lezat. Meski harganya relative murah. Datang yah, silahkan mencoba. Apalagi bagi yang menginap di Hotel Pangeran
"""

http://www.sungaikuantan.com/2010/03/sop-tunjang-pertama-pekanbaru-riau.html 

Resep Bolu Kemojo, Khas Pekanbaru

Resep Bolu Kemojo, Khas Pekanbaru

Bolu Kemojo, siapa yang tidak kenal jajanan Khas Pekanbaru Riau ini. Pada artikel Bolu Kemojo: Oleh-oleh Khas Pekanbaru ada salah seorang kawan yang berkomentar "resep bolu kemojo di posting juga dunk" katanya. Untuk itu pada postingan kali ini saya akan menyajikan resep dan cara memasak Bolu Kemojo, Khas Pekanbaru Riau. Bahan dan cara membuatnya pun cukup mudah.

Bahan-bahan untuk membuat Bolu Kemojo


Telur ayam 6 butir
Santan 3 gelas ditambah air pandan
Margarin 250 gram
Tepung segitiga 300 gram
Gula 250 gram
garam 1/2 sendok teh
Vanili secukupnya

Cara membuat Bolu Kemojo


1. Telur dan gula diaduk;
2. Masukan santan, tepung, dan margarin cair, aduk sampai rata;
3. Panaskan cetakan;
4. Tuangkan adonan kedalam cetakan dan dioven selama 45 menit pada suhu 175 derajat Celcius, dengan panas yang merata di atas dan bawah.

Resep Bolu Kemojo, Khas Pekanbaru<br />Cukup mudah bukan untuk memasak Bolu Kemojo oleh-oleh khas Pekanbaru ini. Postingan berikutnya saya akan membuat postingan Bolu Kemojo beraneka rasa. There are more posts coming about Pekanbaru, so stay tuned!


http://www.sungaikuantan.com/2010/03/resep-bolu-kemojo-khas-pekanbaru.html 

Jus Tiga Rasa, Makanan Khas Melayu

Jus Tiga Rasa, Makanan Khas Melayu

Jus Tiga Rasa, Makanan Khas MelayuKuliner di Pekanbaru, Jus Tiga Rasa di Pondok Makanan Khas Melayu - Untuk mengembangkan dan memperkenalkan budaya khas melayu dapat dilakukan dengan berbagai cara terutama dikota Pekanbaru yang dikenal dengan kota bertuah. Selain budaya atau adat istiadat melayu, pakaian melayu, masih terdapat satu lagi yang memiliki ciri khas melayu yang terdapat di kota bertuah ini yaitu makanan dan minuman khas melayu.
Untuk mendapatkan makanan khas melayu dapat ditemukan disalah satu pondok makanan khas melayu (PMKM) yang terletak di Jalan Simpangtiga Pekanbaru, Riau. Aneka makanan dan minuman khas melayu yang siap untuk disantap yang selalu mengoyangkan dan membuka selera makan bagi masyarakat kota Pekanbaru maupun pengunjung yang dating dari luar kota Pekanbaru.
Ibu Yusmiati, merupakan pemilik sekaligus pengelola pondok makanan khas melayu ini,mengatakan bahwa ide untuk mengembangkan usaha ini muncul saat ia melakukan kunjungan kenegara tetangga yaitu Malaysia , Singapore , dan Negara tetangga lainnya.
Pondok makanan khas melayu ini menyajikan berbagai macam aneka rasa makanan melayu diantarannya, ayam goring kampung asli, asampedas tempoyak, sambal belacan, dan kerang khas melayu. Selain makanan di sini terdapat minuman jus yang sangat unik yaitu minuman jus tiga rasa buah. Minuman inilah yang membuat setiap pengunjung pondok makanan khas melayu ini ingin mampir untuk yang kesekian kalinya.
Uniknya minuman jus khas melayu yang dibuat oleh wanita 50 tahun silam ini sangat berbeda dengan jus yang biasanya dijumpai dikebanyakan rumah makan yang ada dikota pekanbaru. Sering dijumpai minuman jus itu hanya memiliki satu rasa buah saja, tetapi minuman jus disini memiliki tiga rasa buah yang berbeda-beda.
Ibu dari dua orang anak ini dapat inspirasi membuat jus tiga rasa buah ini, pada awalnya hanya mencoba saja dengan mengkombinasikan berbagai macam rasa buah,dan ternyata jus ini mendapat memberikan apresiasi lebih dari keluarga, karyawan maupun pengunjung yang dating kesini.
Menurut wanita yang telah mempunyai kurang lebih 30 orang karyawan ini, pada dasarnya kesuksesannya kini tidaklah terlepas dari kerja keras dan dukungan keluarganya dan tidak lepas dari orang-orang yang menyukai makanan melayu di pondok makanan khas melayu miliknya ini.


http://www.sungaikuantan.com/2010/03/jus-tiga-rasa-makanan-khas-melayu.html 

Gulai Siput Kuantan Versi Tutut

Gulai Siput Kuantan Versi Tutut

Minggu yang lalu, istri saya menemukan siput sawah (dalam bahasa Sunda dinamakan tutut) di salah satu pasar tradisional di Jawa Barat. Mirip sekali dengan siput sawah di Kuantan (dalam bahasa Melayu Kuantan di namakan cipuik). Tutut asli Jawa Barat ini berukuran sedikit lebih besar dibandingkan cipuik asal Kuantan Singingi. Tapi bentuk dan warna cangkangnya sama persis. Oleh istri saya, tutut diolah menjadi (Gulai Siput Kuantan), gulai cipuik versi tutut. Rasanya gulai tutut ini sama dengan gulai cipuik. Lumayan untuk mengobati kangen.
Kemudian, saya tertarik untuk mencari informasi tutut dengan blogwalking ke blog tetangga. Saya menemukan tulisan ini.

BERNOSTALGIA DENGAN MENIKMATI TUTUT SURUDUT

Tutut adalah jenis keong sawah yang bagi para petani termasuk salah satu hama perusak tanaman. Di balik itu, ternyata Tutut adalah makanan dengan kandungan gizi tinggi. Apabila diolah dan direbus dengan baik, akan menjadi menu makanan pelepas rindu akan masa kecil dulu.
Di Sukabumi Jawa Barat tepatnya di lokasi Wisata Kuliner Toserba Selamat Jl. Martadinata, kota Sukabumi, terdapat menu makanan bernama Tutut Surudut, yaitu makanan dengan bahan utamanya berupa rebusan Tutut. Sedangkan serudut adalah cara memakannya yang di serudut atau di sedot, sehingga warungnya di kenal dengan nama “Warung Tutut Serudut”. Saat nyerudut, sekaligus akan menghisap bumbu-bumbu yang menyerap dalam cangkang tutut sehingga cita rasanya tidak ada yang tertinggal.
Namun menu tersebut ternyata merupakan menu primadona hingga setiap harinya dipadati penikmat terutama para orangtua.

Menurut para penikmatnya, tutut adalah makanan nostalgia, karena tutut hanya dimakan ketika masih kecil dulu dan saat ini agak sulit mencari makanan yang berbahan tutut. Makanan yang di nikmatinya sekarang adalah masakan dengan racikan bumbu lengkap hingga menjadikan tutut sebagai menu yang nikmat dan gurih.
Para penikmat tutut yang kebanyakan orangtua ini biasanya mengajak anak-anaknya untuk turut menikmati tutut. Apalagi, anak-anak masih terasa asing dengan cara makannnya yang terlihat ribet sehingga perlu bantuan tusuk gigi agar daging tututnya gampang disantap.
Menurut Lina, (pedagang makanan tutut,) setiap hari rata-rata mampu menghabiskan sekitar 100 kg tutut rebus. Hanya dengan Rp.6.000 perporsi, Tutut siap mengantarkan anda mengenang kembali masa kanak-kanak saat sering mencari tutut di sawah.


Tutut Surudut ini pernah diliput oleh ANTV, berikut ini videonya dari vivanews.com



http://www.sungaikuantan.com/2010/11/tutut.html 

Acara Adat Pernikahan Bangkinang Kampar

Acara Adat Pernikahan Bangkinang Kampar

Sedang asik berdiskusi di FB tentang Kecurangan Penerimaan CPNS Kuansing 2009, eh ada seorang sahabat dari Kota Bangkinang Kabupaten Kampar ikutan nimbrung dan bertanya bagai mana dengan Kampar? Lalu cerita berlanjut tentang Adat Istiadat Bangkinang, Kampar dan sekitarnya. Lalu saya coba search di google. Nah saya ketemu tulisan dan foto-foto bertema Acara Adat Pernikahan Bangkinang Kampar, langsung deh saya repost di weblog Wisata Riau | Pekanbaru Riau ini. Tentunya dengan mencantum sumber sebagai etika seorang Blogger yang baik.

Berikut ini foto-foto beberapa ritual dalam acara adat (budaya) resepsi pernikahan di Bangkinang, Kabupaten Kampar dan sekitarnya, bisa juga disebut acara adat (budaya) resepsi pernikahan "ocu deyen."
- Para ibu-ibu dan tetangga dekat sedang memasak untuk acara Resepsi Pernikahan, biasanya diadakan di rumah mempelai perempuan.

Pengantin Laki ke rumah perempuan Adat Budaya Kampar

Di Kabupaten Kampar dari zaman ninik mamak terdahulu, apa bila ada saudara sekampung yang hendak menikah, maka keluarga dari mempelai yang hendak menikah harus memanggil para tetangga kampung untuk membantu kegiatan memasak yang dilakukan 3 hari ataupun sehari sebelum acara resepsi pernikahan berlangsung (hitungan ini tergantung dari keluarga mempelai), karena masyarakat kampar sejak dulu dikenal dengan cara bergotong royong ini pula, maka di kampar jarang sekali yang melakukan "catering" untuk acara pernikahan.

- Acara Shalawatan (Badiqiu)

Badiqiu merupakan suatu acara Budaya sakral yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh dan sesepuh adat pada malam hari sebelum acara resepsi pernikahan dilakukan, agar acara pernikahan ini berlangsung dengan hikmat dan keluarga yang baru menjadi keluarga yang utuh hingga akhir hayat.

- Acara Pengantaran Pihak Lelaki ke rumah Pihak Perempuan (Ba'aghak)

Dengan dentuman Rebana dari para tokoh adat ini, menambah kehikmatan nilai budaya yang sakral pada acara pengantaran Pihak Lelaki ke rumah Pihak Perempuan, biasanya shalawatan selalu di kumandang kan hingga akhirnya Pihak Lelaki sampai kerumah Pihak Perempuan.

Akhirnya Mempelai Lelaki sampai juga ke rumah Mempelai Perempuan, dan mereka langsung dipertemukan kemudian di persandingkan.

- Acara Pengantaran Pihak Lelaki dengan membawa Hantaran (Jambau)

Seperti adat di daerah lainnya, hantaran juga berlaku di kabupaten kampar, tetapi tidak terlalu mengikat, "jika mempelai lelaki tidak mampu untuk memberikanhantaran, maka ini tidak di wajibkan untuk membawa hantaran (Jambau), ini bisa kita temui di beberapa daerah saja di kabupaten kampar.
=======================
Dalam tulisan dan foto-foto ini tentu masih banyak kekurangan disana sini. Mohon masukan dari para pembaca yang lebih paham tentang Acara Adat Pernikahan Bangkinang Kampar.

http://www.sungaikuantan.com/2009/12/acara-adat-pernikahan-bangkinang-kampar.html 

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia
Istana Asherayah Al-Hasyimiyah zaman Raja Siak



Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia
Istana Asherayah Al-Hasyimiyah saat ini



Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ.

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia
Sungai Siak yang mengalir di kota Siak Sri Indrapura dilihat dari jembatan Tengku Agung Sulthanah Latifah


Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaSebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.


Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.

Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di Buantan.

Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan Siak terakhir.

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaPada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 ? 1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Dan oleh bangsa Eropa menyebutnya sebagai The Sun Palace From East (Istana Matahari Timur).


Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaPada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.
Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaSultan As-Sayyidi Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin II atau Sultan Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Dia dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim.

Riau di bawah Kesultanan Siak pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Kasim Sani (Sani=dua). Ketika Jepang kalah, ikatan Hindia Belanda lepas, Sultan Syarif Kashim menghadapi 3 pilihan: berdiri sendiri sperti dulu?, bergabung dg Belanda? atau bergabung dg Republik? Sultan sebagai sosok yg wara' dan keramat melakukan istikharah. Saya kuat menduga Allah memberitahu SSK agar bergabung dg Republik karena kekayaan Riau yg sangat berlimpah dan berlebihan kalau sekedar dikuasai sendiri.Maka Sultan menentukan pilihan bergabung dg Rep. Mendukung NKRI. BERGABUNG, bukan menyerahkan diri.

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaSultan menurunkan modal 13 juta Golden (3x nilai kompleks gedung Sate, Bandung), bersama2 dg para komisaris lainnya di PT. NKRI (Deli, Asahan Siak, Yogya, Solo, Kutai kartanegara, Pontianak, Ternate, Tidore, Bali, Sumbawa-daerah-daerah yg termasuk Zelfbestuuren-berpemerintahan sediri pd jaman pendudukan Belanda di nusantara).
Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden.


Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.

Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia
Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.

Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.
____________________
Source: Krishadiawan


http://www.sungaikuantan.com/2009/12/kerajaan-siak-sri-indrapura-warisan.html 

Kitab Kuno Dalai Lama di Pekanbaru

Kitab Kuno Dalai Lama di Pekanbaru

Pekanbaru, Riau - Sebuah kitab kuno peninggalan Dalai Lama, pemimpin religius Budha dari Tibet, kini terawat dengan rapi dan menjadi objek wisata religi di Wihara Tri Ratna Budhis Center, di Pekanbaru, Riau.

Kitab Kuno Dalai Lama
KITAB DALAI LAMA. Aniruddha melihat kitab kuno peninggalan Dalai Lama berusia 100 tahun dari Nepal yang hingga kini terawat rapi di Wihara Tri Ratna Budhis Centre di Pekanbaru, Riau, Minggu (28/2). Kitab yang terdiri dari 108 lembar kulit kayu ini dihibanhkan seorang murid Dalai Lama dan menjadi daya tarik wisata religi di Pekanbaru.FOTO ANTARA/FB Anggoro/ss/pd/10.

"Kitab kuno ini sudah berumur lebih dari 100 tahun," kata Ketua Wihara Tri Ratna Budhist Center, Aniruddha, Minggu (28/2).

Ia menjelaskan kitab ajaran tentrayana tersebut dihibahkan seorang murid dari pengikut Dalai Lama saat berkunjung ke Pekanbaru pada tahun 2004. Kitab berusia seabad itu diperkirakan berasal dari masa Dalai Lama Thubten Gyatso yang menjadi pemimpin spiritual pada tahun 1879.
Keunikan kitab itu adalah seluruh bahasa sansekerta dituliskan dengan menggunakan tinta emas di atas kulit kayu.

Selain itu, Aniruddha mengatakan kitab tersebut terdiri dari 108 lembar kulit kayu. Hal itu membuat kitab tersebut sangat langka karena menjadi peninggalan Dalai Lama terlengkap yang ada di Indonesia.

"Biasanya Wihara hanya memiliki satu lembar dari bagian kitab saja. Tapi peninggalan Dalai Lama ini lengkap berupa satu kitab," ujarnya.

Ia menambahkan kitab tersebut berisikan ajaran Budha yang intinya mengajarkan bahwa kehidupan adalah kosong.

Kitab kuno tersebut hingga kini masih terawat dengan rapi di dalam kotak kaca yang terletak di lantai dasar wihara. Aniruddha mengatakan semua orang bebas untuk melihat peninggalan Dalai Lama tersebut.

Tokoh tionghoa Pekanbaru, Darwin Susandi, mengatakan peninggalan Dalai Lama tersebut menjadi daya tarik wisata religi di Pekanbaru. Selain itu, lokasi wihara yang berada di kawasan pecinan direncanakan untuk menjadi objek wisata "Kampung Melayu Tionghoa" oleh pemerintah setempat.

"Pencanangan kawasan wisata diharapkan jadi objek wisata baru di Pekanbaru," katanya.

Source: Kompas.Com

http://www.sungaikuantan.com/2010/03/kitab-kuno-dalai-lama-di-pekanbaru.html 

Permainan Gasing di Tanjungpinang

Permainan Gasing di Tanjungpinang

Permainan Gasing di TanjungpinangPermainan Gasing tidak asing lagi di Nusantara ini, karena gasing merupakan salah satu permainan tradisional tertua di Indonesia. Masing-masing daerah mempunyai ciri khas tersendiri pada gasing yang dimainkan di daerah itu. Kali ini kita akan bercerita tentang Permainan Gasing di Tanjungpinang, Sebuah Pulau yang erat kaitannya dengan Budaya Melayu.

Di daerah Tanjung Pinang tepatnya di kampung Manisa, Baranti Sidrap, memiliki ke unikan bentuk gasing yang dimainkan, beberapa bentuk gasing diantaranya: made’pak ( Gemuk ) dan Malongke ( Kurus ) dengan tinggi 9 – 10,5 cm, diameter badan : 6 – 6,5 cm, keliling badan 18 – 20,7 cm dan berat : 147 – 200 gram.


Bahan / jenis kayu yang digunkan untuk membuat gasing adalah Ace – Ace.

Arena permainan gasing biasanya di tanah padat, halus, tidak retak, dan tidak berumput dengan ukuran + seluas lapangan tenis berbentuk persegi panjang.

Permainan gasing di Tanjungpinang dimainkan oleh anak-anak / remaja / orang tua dengan jumlah pemain sesuai kesepakatan. Sistem pertandingan bisa secara beregu maupun perorangan. Aturan permainan pertandingan yaitu sistem pukul mati dan sistem diputar.


Membuat+Gasing+di+TanjungpinangWaktu pemain sesuai kesepakatn bersama diantara pemain. Peralatan pendukung bermain gasing adalah tali yang panjangnya 157 – 185 cm dengan diameter pangkal 4 mm, ujung 2 mm. Bahan tali umumnya berasal dari serat awaru. Teknik pembuatan tali gasing : ambil dua lembar serat Awaru, dibuat tali pada pertengahan + 4 cm, kemudian dibuat tali + 4 mm (pangkal ) ke ujung + mm ( makin keujung makin kecil )


Cara bermain dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : pertama, Regu 1 memukul mati semua gasing, regu 2 manade’ ( melempar ) dengan jarak Gasing Tj. Pinangtertentu, contoh 10 meter dipasang semua gasing lawan kemudian dilempar, kalau ada dikena, dapat point, dilanjutkan lagi dengan pukul mati. Kalau tidak ada dikena pada waktu mangade’ atau tidak habis mati diadakan pertukaran pemain. Kedua, pemain bersama memutar gasing ( sistem gugur ).


Menarik bukan? karena di Indonesia ini banyak berbagai macam bentuk gasing, saya pun berminat melestarikannya dengan cara menjadi kolektor Gasing, namun sampai sekarang belum terwujud. Sayangnya sampai saat ini Gasing jarang dimainkan oleh anak-anak Indonesia. Salah satu bentuk pelastarian permainan gasing ini pernah saya tulis dalam postingan Festival Gasing, 31 Regu Gasing Siap Berlaga. Semoga permainan tradisional ini tidak tinggal nama saja.



http://www.sungaikuantan.com/2010/01/permainan-gasing-di-tanjungpinang.html 

Permainan Tradisional Kuansing, Sondok-Sondokan

Permainan Tradisional Kuansing, Sondok-Sondokan

Permainan Tradisional KuansingPermainan Tradisional di Kabupaten Kuantan Singini (Kuansing) angsur-angsur mulai menghilang dikalangan anak-anak di Kuantan Singingi, seperti Permainan Gasing. Begitu pula dengan Cerita Rakyat Kuansing seperti Ombak Nyalo Simutu Olang. Berikut ini adalah paparan tentang salah satu Permainan Tradisional Anak-anak di Kuansing.

Sondok-sondokan adalah permainan tradisional di Kuansing tepatnya di Kenegerian Sentajo. Sondok-sondokan atau cari-carian merupakan permainan anak-anak tempo dulu, dimana permainan ini diangkat dari disebuah desa yang ada di Kenegerian Sentajo lebih tepatnya di Koto Sentajo. Apakah permainan ini ada diseluruh Desa sekenegerian sentajo? Penulis tidak tau persis, karena permainan ini ada pada masa kanak-kanak, dimana kegiatan yang dilakukan anak-anak pada masa itu selalu tidak akan terlalu jauh dari lingkungan mereka, maklumlah kehidupan dikampung pada tahun 80an.

Koto Sentajo terutama pada dusun Gonting memiliki kontur dengan sedikit berbukit sehingga semakin nyaman digunakan untuk permainan Sondok-sondok an, apalagi ditambah dengan adanya pelak milik masyarakat, dimana pelak ini semangkin menciptakan semangat permainan bagi para peserta, sebab didalam pelak ini selalu terdapat tumbuh-tumbahan yang ditanam pemiliknya untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti Pisang, Jeruk nipis, terong, Kunyit dan berbagai keperluan dapur lainnya. Dengan adanya berbagai tanaman dalam pelak Tersebut semakin elok sebagai tempat permainan ini.

Permainan Sondok-sondok an terbagi menjadi 2 Jenis Permainannya yaitu Tonggak Dingin dan Tonggak Bantuan, dimana kedua permainan ini mempunyai perbedaan, tonggak dingin biasanya dilakukan oleh anak-anak yang lebih kecil dari peserta Tonggak Bantuan, dimana peserta Tonggak Bantuan berumur antara 11 – 14 tahun, permainan tonggak dingin selalu dilakukan pada siang hari, sedangkan Tonggak bantuan Dilakukan Pada malam hari pada saat terang bulan, baik pada saat cahaya bulan penuh maupun pada cahaya bulan sabit, dimana pada saat bulan sabit akan lebih menantang karena cahaya dengan sedikit gelap dan samar-samar.

Waktu permainan ini biasanya dilakukan setelah pulang mengaji sekitar jam 20.00 WIB, pada malam-malam sekolah biasanya sampai jam 22.00 WIB, tapi tidak terlalu sering permainan ini dilakukan pada malam-malam tersebut kecuali hari libur sekolah, biasanya permainan ini sering dilakukan pada malam minggu, dimana pada malam minggu biasanya dilakukan sampai larut malam, dan tidak tertutup kemungkinan sampai jam 00.00 WIB.

Dalam permainan ini menggunakan Tonggak sebagai alat bantu utama, dimana tonggak yang digunakan yaitu Pohon yang ada disekitaran lokasi permainan, dimana tonggak yang pakai untuk permainan tersebut hanya 1 pohon. Pada tulisan ini hanya akan menceritakan permainan sondok-sondok an tonggak bantuan.

Penetapan kawan
Sebelum permainan dimulai maka harus dilakukan dulu penetapan kawan masing-masing, dimana satu regu hanya terdiri dari 2 (dua) orang, dalam pembagian kawan ini bisa ditentukan secara langsung seperti sit jari dan bisa juga dengan cara undian, walaupun permainan dimalam hari pesertanya bukan saja laki-laki namun perumpuan juga tidak ketinggalan untuk ikut serta, jumlah regu yang akan bermain tidak terbatas, sebab dalam hal ini tergantung berapa jumlah yang ada pada malam itu, idealnya dalam permainan paling sedikit sekitar 7 Regu atau 14 orang, semakin banyak regu dalam permainan ini semakin seru dalam pelaksanaannya.

Penentuan Batas
Apabila regu atau pasangan masing-masing telah didapat dan ditetapkan, langkah berikut adalah menetapkan batas-batas persembunyian yang akan disepakati bersama, melalui musyawarah yang tidak terlalu lama biasanya batas-batas bisa ditentukan, jarak terjauh dari tiang biasanya berkisar 250 M, dalam penetapan batas ini tidak terfokus pada jauhnya jarak, namun biasanya ditentukan dengan menunjuk pada objek-objek tertentu seperti jalan, rumah penduduk, Pinggir Sawah dan sebagainya.

Pada kesempatan ini juga membahas pelanggaran yang dilakukan oleh masing-masing regu, dimana pelanggaran yang dilakukan akan mengakibatkan kekalahan akan berpindah pada pihak yang melanggar aturan yang telah disepakati bersama. Ada dua pelanggaran yang harus diwaspadai oleh para peserta pertama memegang tonggak sebelum yang kalah memegang Tonggak tersebut. Kedua Melewati batas yang telah ditetapkan melebihi batas toleransi, pada pelanggaran ini biasanya sangat dituntut kejujuran, sebab apabila ada salah satu peserta melewati batas dan diketahui oleh peserta selain regu yang melanggar, dengan saksi lebih dari 3 orang, maka yang mengetahui tadi akan melapor pada yang kalah, maka berpindahlah kemenangan pada yang kalah tadi dan permainan harus di ulang.

Inti Permainan
Saatnya permainan dimulai, tapi sebelum permainan dimulai tentu ada yang kalah, dimana yang kalahlah yang akan mencari orang yang ber sembunyi nanti, dalam penentuan regu kalah biasanya yang lazim dilakukan dengan cara sit jari, dimana salah seorang dari masing-masing regu mengadakan sit jari secara bersama-sama. Setelah satu regu yang kalah telah diketahui barulah dimulai permainan sondok sondok an tonggak bantuan tersebut.

Awal permainan ini dimulai dimana regu (2 orang) yang kalah dengan memejamkan/menutup mata sambil menghadap kearah tonggak, kemudian pemenang sambil berlari mencari persembunyian, sambil berlari biasanya salah satu atau beberapa peserta sambil mengucapkan olun-olun berarti waktu yang kalah untuk membuka mata belum selesai. Lalu bagaimana isyarat bagi yang kalah bahwa satiap peserta betul-betul telah bersembunyi? Biasanya isyarat bagi regu yang kalah saatnya untuk membuka mata yaitu setelah tidak ada lagi terdengar suara peserta yang mau bersembunyi, dimana saat kondisi seperti itulah yang kalah untuk membuka matanya.

Apabila semua telah bersembunyi suasana dalam keheningan malam akan terasa pada saat itu, dua orang yang kalah tadi bersiap untuk mencari setiap peserta permainan, dalam percarian kedua peserta yang kalah tersebut harus berpencar atau berpisah arah, ini dilakukan agar lebih konsentrasi dalam pencarian, selama dalam pencarian inilah tonggak tidak boleh di pegang oleh peserta yang menang, kalau ada salah seorang yang memegang tonggak tersebut maka dengan kawan satu regu akan menjadi pihak yang kalah, tapi biasanya jarang terjadi hal tersebut sebab semua peserta berusaha mencari lokasi yang sulit dan kalau bisa berada pada lokasi terjauh dari tonggak.

Pencarian yang dilakukan memang penuh dengan tantangan sebab peserta yang kalah tersebut harus berjalan sendiri-sendiri dalam menyusuri setiap arena, sampai memanjat Pelak sekalipun harus dilakukan karena setiap pelak biasanya dipagar, setiap medan harus ditelusuri dengan cara diam-diam, kalau bersuara dalam pencarian akan diketahui oleh peserta yang sedang bersembunyi, biasanya peserta yang kalah harus berusaha datang dari belakang peserta yang sedang bersembunyi tersebut, kalau datang dari depan maka akan ketahuan sehingga yang bersembunyi dengan diam-diam juga bersiap untuk berpindah ketempat lain, cara berpindahnya pun harus penuh kejelian dan kehati-hatian sebab kalau tidak di keheningan malam nan sunyi suara sekecil apapun terkadang bisa terdengar sehingga akan keliatan oleh sipencari.

Berbagai cara persembunyian merupakan sudah menjadi hal biasa dilakukan oleh peserta yang menang, mulai dari berdiri, jongkok, maupun sambil tiarap. Ini tergantung pada kondisi yang ada, lalu kapan peserta menyerah dalam pencarian? Peserta menyerah dalam pencarian biasanya setelah keliatan oleh peserta yang kalah, sambil menyebut nama salah satu peserta yang menang setelah kelihatan, maka yang menang tadi akan keluar pertanda persembunyiannya telah berakhir, biasanya kalau sipencari atau yang kalah berpapasan langsung dengan yang bersembunyi pasti orangnya langsung diketahui, namun jika yang sedang dicari agak berjarak tentu akan samar-samar adanya, maka dalam hal seperti ini peserta yang kalah biasanya menandai ciri-ciri dari peserta sebelum bersembunyi, mulai dari warna celana, warna baju bahkan postur tubuh, kalau peserta yang sedang dicari hanya sedikit terlihat lalu lari, biasanya sipencari menyebut nama peserta dimaksud dengan cara berulang-ulang, kenapa demikian? Biasanya yang menang tidak akan menyerah begitu saja namun kejujuran para peserta sangat kelihatan dan tidak akan membela diri secara berlebihan dalam keadaan seperti ini.

Peserta yang kalah harus mencari sebanyak mungkin semua peserta yang menang kalau bisa semuanya ditemukan, sebab kalau tidak akan menjadi rumit, mengapa demikian? Misalnya yang ada 10 Regu otomatis yang bersembunyi ada 9 regu dengan jumlah 18 orang, setelah didapat peserta yang bersembunyi yang kalah harus kembali ke tonggak untuk memegang tonggak sambil menyebut nama peserta yang telah didapat, setelah yang kalah memegang tonggak maka keduanya harus berbagi tugas, salah satu diantara mereka harus menjaga tonggak, jangan sampai orang yang belum dapat atau ditemui memberi bantuan dengan memegang tonggak, jika ini terjadi maka permainan harus di ulang dan yang kalah tidak akan berubah.

Karena itulah yang kalah harus mencari sebanyak mungkin peserta yang bersembunyi dan kalau biasa seluruhnya, kalau semua yang bersembunyi bisa ditemui maka yang kalah akan berpindah pada regu dimana peserta yang ditemui lebih dulu, tapi hal seperti itu sangat jarang terjadi dan dijumpai, 9 atau 10 dari 18 orang saja ditemui biasanya itu sudah banyak, jika yang dapat katakan dalam pencarian awal 10 orang, maka 8 orang yang masih bersembunyi dan akan memberikan bantuan pada peserta sudah dapat. Lalu bagaimana yang 8 orang ini mengetahui bahwa yang kalah telah memegang tonggak? Biasanya peserta yang telah ditemui atau dapat berteriak sambil mengatakan “la dapek bori bantuan atau sudah dapat kasih bantuan” dengan ucapan berulang-ulang, setelah ucapan terdengar oleh peserta yang masih bersembunyi, disinilah saatnya perserta yang tersisa 8 orang tersebut mulai merapat/mendekati tiang, sembil mendekat mereka harus melakukan dengan berhati-hati, sebab kalau tidak 1 orang yang mencari akan terus mengintai dan yang 1 lagi menjaga tonggak pun selalu waspada, pandangan dan gerakan sipenjaga tonggak harus liar dan tidak boleh lalai sebab peserta yang masih bersembunyi akan selalu memberikan bantuan dari segala sisi.

Jarangnya terjadi semua peserta ditemuai pada pencarian besama (kedua orang yang kalah) baru memegang tonggak, ini dikarenakan pencarian yang lama dan permainan akan membosankan, namun apabila seberapa dapat segera dilakukan pemegangan tonggak maka permainan akan memberikan warna yang menghibur, peserta yang telah dapat harus sportif dan tidak boleh ikut berkeliaran di arena tonggak bantuan tersebut, sebab akan mengganggu peserta yang sedang kalah dalam pencariannya.

Durasi waktu 3 atau 4 jam permainan, yang kalah bisa saling bergantian dan bisa juga selama 3 atau 4 jam tersebut hanya satu regu saja yang merasakan posisi kekalahan, hal ini tergantung situasi dan kondisi terkadang pencarian bisa cepat terselesaikan. Kalau nasib lagi baik yang kalah biasanya sebentar memerlukan waktu dalam pencarian tersebut, namun apabila kurang beruntung nikmatilah kekalahan itu sampai berhentinya permainan dan bahkan masih banyak peserta yang belum di temui ketika permainan itu selesai, ketika permainan harus dihentikan karena malam sudah larut, biasanya himbauan untuk berhenti disampaikan oleh peserta yang ada disekitar tonggak.

Hal-hal yang unik terkadang ada terjadi dalam permainan sondok-sondok an ini, karena peserta yang tersisa terkadang sangat sulit untuk dicari atau ditemui, seharusnya mereka yang masih bersembunyi memberikan bantuan pada teman yang sudah dapat, malah berada pada tempat-tempat yang tidak disangka dan terkadang melanggar atauran permainan, seperti misalnya melewati batas, manjat pohon dan makan pulang kerumah. Dalam hal melewati batas yang tentu melanggar kesepakatan biasanya sulit untuk di ketahui oleh peserta lain selama permainan, Sedangkan manjat pohon dan pulang makan tidak masuk dalam aturan pelanggaran. Hal-hal seperti ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu dan tidak akan menjadi masalah besar dalam permainan ini. Kelakuan peserta seperti itu baru biasa diketahui esok harinya oleh 1 atau 2 orang, biasanya diketahui dari mulut orang berbuat hal-hal tersebut.

Hal-hal positif yang bisa diambil dari permainan sondok-sondok an/cari-carian yang harus ditanamkan sejak dini antara lain :

- Keberanian dalam kemandirian
- Kejujuran dalam aktifitas
- Silahtuhrahmi antar peserta selalu terjalin

Ket :
Sondok-sondok an = cari-carian / sembunyi
Pelak = Kebun yang dipagar
Tonggak = Tiang
Olun = Belum


Paparan tentang Permainan Tradisional Kuansing, Sondok-Sondokan ini ditulis oleh Nafriandi dan pernah dipublikasikan di blog Ronaldo Rozalino

http://www.sungaikuantan.com/2010/02/permainan-tradisional-kuansing-sondok.html 

PANJAT PINANG

PANJAT PINANG


Lomba panjat pinang.

Cara permainan

Sebuah pohon pinang yang tinggi dan batangnya dilumuri oleh pelumas disiapkan oleh panitia perlombaan. Di bagian atas pohon tersebut, disiapkan berbagai hadiah menarik. Para peserta berlomba untuk mendapatkan hadiah-hadiah tersebut dengan cara memanjat batang pohon.
Oleh karena batang pohon tersebut licin (karena telah diberi pelumas), para pemanjat batang pohon sering kali jatuh. Akal dan kerja sama para peserta untuk memanjat batang pohon inilah yang biasanya berhasil mengatasi licinnya batang pohon, dan menjadi atraksi menarik bagi para penonton.

Sejarah

Panjat pinang berasal dari zaman penjajahan Belanda dulu. lomba panjat pinang diadakan oleh orang Belanda jika sedang mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain.yang mengikuti lomba ini adalah orang-orang pribumi. Hadiah yang diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, serta pakaian seperti kemeja, maklum karena dikalangan pribumi barang-barang seperti ini termasuk mewah. sementara orang pribumi bersusah payah untuk memperebutkan hadiah, para orang-orang Belanda menonton sambil tertawa. tata cara permainan ini belum berubah sejak dulu.

Pro kontra

Memang terjadi pro dan kontra mengenai perlombaan yang satu ini. satu pihak berpendapat bahwa sebaiknya perlombaan ini dihentikan karena dianggap mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Sementara pihak lain berpikir ada nilai luhur dalam perlombaan ini seperti: kerja keras, pantang menyerah, kerja kelompok/ gotong royong.

http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_pinanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_pinang

Kamis, 09 Desember 2010

Ritual Masyarakat Aceh Dalam Menyambut Kelahiran Anak (suatu tinjauan kekinian) 

sumber

Oleh: Cut Zahrina, S.Ag.

Pendahuluan
Penting untuk kita ingat dan kita catat bahwa strukturalisme adalah suatu paradigma dalam antropologi seperti yang telah dikemukakan oleh Levi-Strauss. Ada beberapa pemikiran teori yang juga dapat membangun pemahaman struktural menurut fokus perhatian dan arah yang berbeda. Tentu dalam hal ini kita harus kembali menyinggung konstribusi besar dari Emile Durkheim, Marcell Mauss, Ferdinand de Saussure dan ahli linguistik Swiss yang mengembangkan pendekatan struktural dalam bahasa.

Pusat perhatian lain yang penting dalam strukturalisme adalah ritual. Fungsionalis seperti Malinowski dan Radcliffe-Brown mengadopsi pernyataan Durkheim bahwa agama merefleksikan struktur dari sistem sosialnya dan fungsi untuk memelihara sistem tersebut dari masa ke masa.

Variasi mite-mite sebagaimana yang dituturkan oleh orang-orang di sekitar dipandang dapat mencerminkan perbedaan-perbedaan sistem-sistem sosial mereka. Sistem politik yang terpusat diasosiasikan dengan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Tinggi, yang kurang memiliki makhluk-mahkluk yang lebih rendah sebagai perantara dirinya dengan manusia biasa. Sistem tersebut tidak tersentralisasi namun akan diasosiasikan dengan agama-agama di mana terdapat sejumlah dewa dengan status yang setara. Secara khusus, masyarakat yang berasaskan garis keturunan (lineage-based) seperti masyarakat Nuer dan Tallensi dapat dikaitkan dengan pemujaan nenek moyang.

Di Eropa, para antropolog yang lebih dekat hubungannya dengan Durkheim mengikuti proposisi bahwa suatu sistem kepercayaan dalam kebudayaan memiliki logika internal yang memberikan makna bagi tindakan ritual. Seperti halnya aliran Inggris, mereka bereaksi terhadap penulis-penulis sebelumnya yang menafsirkan adat sebagai survival dari yang dianggap tahap-tahap sebelumnya dalam evolusi sosial manusia.

Antropolog Inggris berpendapat bahwa kehadiran setiap adat seharusnya dijelaskan dalam konteks efek kontemporernya terhadap sistem sosial. Para penulis seperti Hertz (1960 dan van Gennep 1960 berpendapat bahwa makna setiap adat harus diangkat dideduksi dari tempatnya dalam struktur kognitif. Dalam tulisannya, The Preeminence of the right hand. Hertz, mendokumentasikan suatu kecenderungan umum di antara banyak kebudayaan untuk mengasosiasikan tangan kanan dengan kekuatan dan keteraturan, sementara tangan kiri dengan kekacauan dan kelemahan. Ia menyimpulkan bahwa oposisi struktural antara kanan dan kiri bermakna bagi oposisi yang lebih umum antara benar dan salah. Ia menganggap hal ini sebagai satu kasus kecenderungan umum bagi kebudayaan primitif untuk berpikir dalam oposisi dualistik. Dalam konteks biologi suatu kecenderungan statistik bagi banyak orang yang menggunakan tangan kanan dominan akan lebih benar daripada yang menggunakan tangan kiri ditransformasikan oleh kebudayaan ke dalam oposisi mutlak yang terisi oleh makna dalam suatu upacara. Upacara yang berkembang dalam masyarakat telah menjadi kebutuhan dan dijadikan sebagai kegiatan ritual dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam wacana ini penulis ingin mengemukakan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh dalam menyambut kelahiran anak pertama. Kelahiran manusia dapat dijelaskan dengan pengertian akan kelahiran subtansi-subtansi infrahuman yang dianggap materil bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat.

Perspektif Antropologi Terhadap Upacara
Upacara merupakan rangkaian kegiatan ritual masyarakat, dalam buku the Rites of Passage (van Gennep) berpendapat bahwa kejadian dalam kehidupan manusia terbagi atas tiga bagian. Ia yakin terdapatnya kecenderungan pada manusia untuk mengonsepsikan perubahan status sebagai suatu model perjalanan dari satu kota atau negeri kekota atau kenegeri yang lain, sebagaimana dikatakannya suatu teritorial passage.

Perjalanan teritorial meliputi tiga aspek yaitu pemisahan dari tempat asal, peralihan dan penggabungan ke dalam tujuan. Seperti halnya oposisi antara tangan kanan dan tangan kiri bisa berlaku lebih umum, oposisi moral. Dengan demikian perjalanan teritorial dapat berlaku bagi setiap perubahan status dalam masyarakat. Ritual kelahiran, memasuki masa dewasa, kematian, semuanya memiliki struktur yang sama. Sebagaimana ditekankan van Gennep ia ingin mengangkat ekstraksi berbagai ritus dari seperangkat upacara seremoni dan menanggapi ritus-ritus tersebut terisolasi dan mengangkatnya dari konteks yang memberi makna kepadanya dan menunjukkan posisinya dalam keseluruhan dinamika.

Masyarakat Aceh banyak mengenal berbagai macam upacara, setiap upacara identik dengan acara makan-makan yang seringkali berlangsung setelah acara seremonialnya atau dinamakan dengan kanduri. Sekarang ini upacara yang tetap berlangsung dalam masyarakat Aceh di antaranya adalah : upacara turun ke sawah, upacara tolak bala,
upacara perkawinan, upacara kehamilan anak pertama, upacara kematian dan lain-lain.

Upacara-upacara tersebut masih dipertahankan karena dibutuhkan oleh masyarakat, untuk memenuhi tuntutan adat. Menurut masyarakat Aceh, adat harus dijalankan dan dipenuhi, selain itu kita harus mematuhinya juga. Seperti pepatah Aceh menyebutkan bahwa : Matee aneuk meupat jeurat, matee adat pat tamita.

Pepatah ini mengibaratkan bahwa adat dengan anak itu diposisi yang sama-sama penting, apabila anak yang meninggal itu masih ada bekasnya yaitu kuburan sedangkan apabila adat yang hilang kita tidak tahu ke mana mesti kita mencarinya. Ungkapan tersebut juga merupakan wujud kesadaran masyarakat tentang pentingnya adat-istiadat, yang telah memberikan sumbangan yang tidak ternilai harganya terhadap kelangsungan kehidupan sosial budaya masyarakat di Aceh. Bahkan bagi kalangan masyarakat Aceh, adat telah mendapat tempat yang istimewa dalam perilaku sosial dan keagamaannya. Begitulah makna adat yang dipahami oleh masyarakat Aceh sejak zaman kerajaan hingga sampai sekarang ini, apabila pada satu moment kita tidak menjalankan adat atau berupa upacara yang telah ditentukan maka yang bersangkutan merasa sedih dan dirinya merasa sangat terhina karena tidak dihormati secara adat yang berkembang dalam masyarakat Aceh. Salah satu contoh adalah upacara sebelum dan sesudah kelahiran bayi, banyak sekali rangkaian upacara-upacara adat yang akan dilaksanakan. Semua itu erat kaitannya dengan adat istiadat Aceh dan juga tidak bertentangan dengan kaedah-kaedah yang dianjurkan dalam ajaran Islam.

Adat Aceh Apabila Istri Dalam Keadaan Hamil
Seorang isteri pada saat hamil anak pertama, maka sudah menjadi adat bagi mertua atau maktuan dari pihak suami mempersiapkan untuk membawa atau mengantarkan nasi hamil kepada menantunya. Acara bawa nasi ini disebut ba bu atau mee bu.

Upacara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut sang cucu yang dilampiaskan dengan rasa suka cita sehingga terwujud upacara yang sesuai dengan kemampuan maktuan. Nasi yang diantar biasanya dibungkus dengan daun pisang muda berbentuk pyramid, ada juga sebahagian masyarakat mempergunakan daun pisang tua. Terlebih dahulu daun tersebut dilayur pada api yang merata ke semua penjuru daun, karena kalau apinya tidak merata maka daun tidak kena layur semuanya.

Sehingga ada mitos dalam masyarakat Aceh kelak apabila anak telah lahir maka akan terdapat tompel pada bahagian badannya. Di samping nasi juga terdapat lauk pauk daging dan buah-buahan sebagai kawan nasi. Barang-barang ini dimasukkan ke dalam idang atau kateng (wadah). Idang ini diantar kepada pihak menantu perempuan oleh pihak kawom atau kerabat dan jiran (orang yang berdekatan tempat tinggal).
Upacara ba bu atau Meunieum berlangsung dua kali. Ba bu pertama disertai boh kayee (buah-buahan), kira-kira usia kehamilan pada bulan keempat sampai bulan kelima. Acara yang kedua berlangsung dari bulan ketujuh sampai dengan bulan kedelapan. Ada juga di kalangan masyarakat acara ba bu hanya dilakukan satu kali saja. Semua itu tergantung kepada kemampuan bagi yang melaksanakannya, ada yang mengantar satu idang kecil saja dan adapula yang mengantar sampai lima atau enam idang besar. Nasi yang diantar oleh mertua ini dimakan bersama-sama dalam suasana kekeluargaan. Ini dimaksudkan bahwa perempuan yang lagi hamil adalah orang sakit, sehingga dibuat jamuan makan yang istimewa, menurut adat orang Aceh perempuan yang lagi hamil harus diberikan makanan yang enak-enak dan bermanfaat.

Dalam ilmu kesehatanpun memang dianjurkan untuk kebutuhan gizi cabang bayi yang dikandungnya, namun apabila itu tidak dituruti maka berakibat buruk pada anak yang dikandungnya kalau istilah bahasa Aceh roe ie babah (ngences). Masyarakat Aceh upacara bawa nasi suatu kewajiban adat yang harus dilakukan, sampai saat sekarang masih berlangsung dalam masyarakat. Lain halnya pada Masyarakat suku Aneuk Jamee Kabupaten Aceh Selatan terdapat adat bi bu bidan (memberi nasi untuk ibu bidan) maksudnya seorang anak yang baru kawin dan hamilnya sudah 6 bulan sampai 7 bulan maka untuk anak tersebut sudah dicarikan ibu bidan untuk membantu proses kelahirannya. Pada upacara kenduri dimaksud kebiasaan masyarakat, ibu bidan akan dijemput oleh utusan keluarga ke rumah bidan lalu dibawa kerumah yang melakukan hajatan. Acara serah terima, melewati beberapa persyaratan antara lain :

1. Pihak keluarga yang melakukan hajatan mendatangi ibu bidan dengan membawa tempat sirih (bate ranub) sebagai penghormatan kepada ibu bidan dan sebagai tanda meulakee (permohonan).
2. Setelah ibu bidan hadir di rumah hajatan, maka keluarga yang melakukan permohonan tersebut dengan acara adat menyerahkan anaknya yang hamil tersebut agar diterima oleh bidan sebagai pasiennya.
3. Sebagai ikatan bagi bidan pihak keluarga menyerahkan seperangkap makanan yang sudah dimasak, untuk dibawa pulang ke rumah bidan, lengkap dengan lauk pauknya sesuai dengan kemampuan keluarga yang melakukan hajatan disertai juga dengan menyerahkan selembar kain dan uang sekedarnya.

Acara puncak bi bu bidan adalah kenduri dengan didahului pembacaan tahlil dan doa, acara tersebut biasanya dilakukan pada jam makan siang dan ada juga pada malam hari setelah shalat Isya. Setelah upacara selesai maka ibu bidan diantar kembali ke rumahnya, mulai saat itu anaknya yang hamil telah menjadi tanggungjawabnya ibu bidan.

Pada saat bayi telah lahir disambut dengan azan bagi anak laki-laki dan qamat bagi anak perempuan. Teman bayi yang disebut adoi (ari-ari) dimasukkan ke dalam sebuah periuk yang bersih dengan disertai aneka bunga dan harum-haruman untuk ditanam di sekitar rumah baik di halaman, di samping maupun di belakang. Selama satu minggu tempat yang ditanam ari-ari tersebut dibuat api unggun, hal ini untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti : Adanya orang ilmu hitam yang memanfaatkan benda tersebut, tangisan bayi diwaktu malam dan dari serangan binatang pemangsa seperti anjing. Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir, diadakan upacara cukuran rambut dan peucicap, kadang-kadang bersamaan dengan pemberian nama. Acara peucicap dilakukan dengan mengoles manisan pada bibir bayi disertai dengan ucapan :
” Bismillahirahmanirrahim, manislah lidahmu, panjanglah umurmu, mudah rezekimu, taat dan beriman serta terpandang dalam kawom”.

Pada saat inilah bayi telah diperkenalkan bermacam rasa di antaranya asam, manis, asin. Ini merupakan latihan bagi bayi untuk mengenal rasa, bisa dia bedakan antara satu rasa dengan rasa yang lainnya. Sebelumnya, bayi hanya mengenal ASI eklusif yang dia dapatkan dari ibunya.

Pada zaman dahulu upacara turun tanah dilakukan setelah bayi berumur satu sampai dua tahun, bagi kelahiran anak yang pertama upacaranya lebih besar. Namun untuk saat sekarang ini masyarakat tidak mengikutinya lagi, apalagi bagi ibu-ibu yang beraktifitas di luar rumah seperti pegawai negeri, pegawai perusahaan, dan karyawati di instansi tertentu. Ke luar rumah sampai satu tahun dan dua tahun itu dianggap tidak efisien dan tidak praktis lagi. Bagi ibu-ibu pada zaman dahulu, selama jangka waktu satu atau dua tahun tersebut mereka menyediakan persiapan-persiapan kebutuhan upacara.

Pada saat upacara tersebut, bayi digendong oleh seorang yang terpandang, baik perangai dan budi pekertinya. Orang yang mengendong tersebut memakai pakaian yang bagus maka sewaktu bayi diturunkan dari rumah, bayi dipayungi dengan sehelai kain yang dipegang pada setiap sudut kain oleh empat orang. Di atas kain tersebut dibelah kelapa, dengan makksud agar bayi tidak takut mendengar bunyi petir. Belahan kelapa dilempar kepada sanak famili dan wali karongnya. Salah seorang keluarga bergegas-gegas menyapu tanah dan yang lainnya menampi beras, ini dilakukan apabila bayinya perempuan. Namun apabila bayinya laki-laki, maka yang harus dikerjakan adalah mencangkul tanah, mencincang batang pisang atau tebu, memotong rumput, naik atas pohon seperti : pinang, kelapa, mangga, dll. Pekerjaan ini dimaksudkan agar anak perempuan menjadi rajin dan bagi laki-laki menjadi ksatria. Setelah semua selesai, selanjutnya bayi ditaktehkan (diajak berjalan) di atas tanah dan akhirnya dibawa keliling rumah sampai bayi dibawa pulang kembali dengan mengucapkan assalamualaikum waktu masuk ke dalam rumah.

Analisis Perubahan dan Pergeseran dalam konteks Kekinian
Untuk saat sekarang ini upacara menyambut kelahiran anak pertama, telah terjadi perubahan. Perubahan adat yang terjadi hanya sedikit saja namun tidak pernah bergeser dari makna yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Aceh. Di sini penulis dapat mengutarakan bahwa inti rangkaian upacara ini adalah symbol dari suka cita. Ini dilatarbelakangi oleh rasa bahagia yang ada pada pasangan suami isteri yang baru berumah tangga, begitu juga bagi kedua orang tua mereka yang sudah menanti-nanti kehadiran cucunya. Salah satu pergeseran budaya dari upacara ini, misalnya sekarang ini bawa nasi ada sebahagian masyarakat mengantikan dengan bawaan mentah yaitu uang.

Hal yang demikian sudah sering kita dengar dari masyarakat Aceh, ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya karena mertuanya jauh, tidak ada yang masak. Ini mereka anggap menyulitkan dan juga merepotkan., jadi mereka mengambil jalan yang praktisnya yaitu mengasihkan uang senilai hantaran nasi yang mau dibawa. Terlebih dahulu ini telah menjadi kesepakatan antara orang tua kedua belah pihak, baik pihak isteri maupun suami, sehingga tidak menimbulkan permasalahan. Namun peraturan ini tidak berlaku bagi sama-sama besan yang berdekatan, bagi mereka diharuskan untuk menjalankan adat tersebut. Waktu pelaksanaan bawa nasipun, sekarang telah banyak berubah, masyarakat Aceh zaman dahulu melakukan sampai dua kali, namun sekarang ini telah dipraktiskan dengan sekali hantaran saja. Perubahan ini, masyarakat menganggap biasa dan lebih praktis baik dari segi waktu dan kerja.

Namun diharapkan upacara ini janganlah sampai hilang, karena upacara ini telah menjadi bahagian dari adat Aceh yang harus kita lestarikan. Dari upacara ini terwakili beberapa nilai ketauladanan, di antaranya nilai penghormatan dan nilai kebersamaan dalam menyambut kebahagian. Kebahagian yang ada tidak hanya dinikmati terbatas pada keluarga itu saja, akan tetapi dirasakan juga oleh tetangga maupun saudara sekampung yang menghadiri undangan dalam acara makan tersebut.

Ketika bayi sudah lahir kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada zaman dulu banyak yang sudah ditinggalkan. Mereka telah mengikuti anjuran-anjuran dari bidan rumah sakit tempat mereka melakukan persalinan, misalnya bayi yang baru lahir tidak boleh diberikan makanan. Kebiasaan dulu bayi yang baru lahir langsung diberikan pisang, kalau di Aceh biasanya pisang wak (pisang monyet) kebiasaan-kebiasaan ini telah berubah.

Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk melahirkan pada bidan rumah sakit, tidak lagi pada bidan kampung. Pergeseran budaya ini telah ada, namun bidan-bidan kampung tetap difungsikan untuk mengurus bayi dan ibunya. Walaupun bidan kampung, sebahagian di antara mereka telah mendapatkan pelatihan dari bidan rumah sakit, sehingga dia dalam mengurus bayi dan ibunya tidak menyimpang dari anjuran rumah sakit.

Upacara turun tanah, disimbolkan pada kesucian ibu bayi yang baru saja melewati masa persalinan. Dalam prosesi upacara ini juga melibatkan bayi yang baru lahir, di mana pada saat upacara berlangsung bayi dibawa ke luar rumah. Ibu yang baru melahirkan dianggap tidak suci lalu tidak dibolehkan untuk ke luar rumah, disebabkan karena dia dalam keadaan masa nifas, haids dan wiladah.

Pada saat turun tanah di sinilah puncaknya bahwa dia telah suci terbebas dari darah kotor sehingga dia telah boleh ke luar rumah. Begitu juga dengan bayinya, sebetulnya bayi yang belum berumur satu bulan masih dianggap rentan dengan penyakit sehingga bayi tidak dibolehkan untuk ke luar rumah kecuali dalam keadaan terpaksa apa dia sakit dan sebab lainnya yang sangat mendesak.

Namun, pada saat upacara turun tanah pertama sekali bayi mengenal dunia luar. Di sinilah bayi diajarkan dengan dunia luar, di mana kita itu harus giat bekerja dan jangan malas-malasan, karena kalau sifatnya malas akan berakibat buruk bagi kehidupannya kelak. Rangkaian dari upacara ini adalah proses pembelajaran sehingga dapat kita ambil iktibar dalam kehidupan kita sehari-hari, adat istiadat yang terdapat dalam suatu upacara harusnya tetap dilestarikan karena adat merupakan salah satu cerminan dari budaya bangsa.

Penutup
Adat menyambut kelahiran anak adalah kebiasaan masyarakat Aceh dengan mengadakan upacara yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam ajaran Islam. Ketentuan tersebut telah menjadi kepercayaan dan tradisi orang-orang tua yang dilakukan pada masa dahulu.

Serangkaian upacara tersebut seperti ba bu (bawa nasi ), cuko oek (cukur rambut), peucicap (memberi rasa makanan), akikah dan turun tanah dinilai penting dan bermakna dalam kehidupan, sehingga perlu untuk dijalankan sesuai dengan ketentuan adat yang telah ditetapkan. Di zaman serba modern sekalipun, kegiatan ritual ini akan menjadi aset wisata budaya. Zaman boleh saja modern, namun adat dan budaya jangan sampai hilang, jadi kita berusaha bagaimana adat dan budaya tersebut tetap tampil disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Penulis:
Cut Zahrina, S.Ag. adalah Tenaga Honorer pada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh

Download File Asli:

http://www.pintoaceh.com/hb/hb43/cut_hb43_lahir.rar