SAMBUTAN

Selamat datang di
http://460033.blogspot.com
SARANA INTERAKTIF BERBAGI! http://460033.blogspot.com sangat mengharap sumbangan berbagai artikel dari para Pembaca yang budiman. Kesempurnaan hanyalah milik-Nya makadariitu http://460033.blogspot.com sangat mengharap kritik dan saran dari Pembaca. Rachmat W. P.

Senin, 10 Januari 2011

Mantu


Mantu


Pada umumnya orang jawa yang mempunyai hajat “ mantu “ (mengawainkan anaknya), dibagian muka rumahnya di pasang “ tarub “: yaitu tertata dihias dengan janur kuning, daun kelapa muda yang berwarna kuning. Meskipun “ Mantu “ tidak dirumahnya sendiri misalnya di gedung pertemuan dsb, hiasan ini pun dilaksanakan pula.
Dimuka pintu masuk sebelah kanan dan kiri didirikan pohon pisang suluhan ( sebagaian buahnya sudah masak ) atau pisang tuwuhan ( lengkap dengan akar, batang, daun dan buahnya ) Disamping pohon-pohon pisang tersebut, dilengkapi hiasan lain-lainnya, ialah :  
Dahan kapas dengan bunga dan buahnya
Padi seuntai
Dahan beringin dengan daunnya
Cengkir gading ( kelapa gading  muda )  

Tebu wulung ( hitam )
Daun apa-apa
Pisang raja talun masak di pohon ( suluh )  


Pada waktu pengantin dipertemukan satu dengan lainnya, diadakan upacara :  
-Uncal-uncalan gantal (lempar-lemparan secarik sirih);
-Wisuhan (membersihkan kaki pengantin lelaki dengan air oleh pengantin perempuan);
-Menginjak telor (oleh pengantin lelaki);
-Kacar-kucur (pengantin lelaki menumpahkan kantong berisi beras, kacang, kedelai, dan sebagainya diterima oleh pengantin perempuan);
-Ditimbang (oleh ayah pengantin putri diatas pangkuannya);
-Suap-menyuap nasi
 
Tatacara tersebut mengandung maksud yang diwujudkan dengan lambang-lambang diatas yang masing-masing mempunyai arti sebagai berikut :  
Dahan kapas dengan daun dan buahnya melambangkan : sandang (1.busana, kawi). Maksudnya : didalam hidup suami istri dan keliarga wajib berusaha mencukupi sandang (pakaian)
Padi seuntai melambangkan pangan (2.beksana, kawi) maksudnya orang bersuami istri juga wajib berusaha mencukupi pangannya.
Dhan beringin dengan daunnya melambangkan papan (3.sasono, kawi) tempat yang teduh, nyaman, menyenangka, ayem tentrem. Maksudnya orang bersuami istri wajib mengusahakan papan, tempat untuk tinggal
Keterangan :
Lambang angka 1, 2 dan 3 tersebut diatas dapat dimaknakan, bahwa pengantin berdua kemudian harus sanggup menyelenggarakan rumah tangga yang kokoh dengan memenuhi syarat mutlak ialah menciptakan Trisana yakni :1. Busana; 2. Baksana; 3. Sasana.
-Kelapa muda kuning (cengkir gading) itu dimaksud sebagai ringkasan yang lengkapnya berbunyi : Kencengging pikir (kemauan teguh) kepada keelokan dan keindahan seperti keindahan cengkir kelapa gading.
-Tebu wulung juga dimaksudkan sebagai ringkasan yang lengkapnya berbunyi : antebing kalbu (kesungguhan hati) hatinya murni, bulat satu tujuan, hitam satu warna, tidak terpecik pikiran yang lain.
-Daun apa-apa bermaksud sebagai puji doa, mudah-mudahan hajat mantu ini selamat tidak ada apa-apa , tiada suatu halangan apapun.
Pisang tuwuhan berupa pisang raja talun masak dipohon, jelasnya demikian: ada bermacam-macam pisang: kluthuk, pulut, mas, becici, raja. Yang paling baik adalah pisang raja. Pisang Raja pun bermacam-macam: raja kusta, raja sewu nagri, raja talun. Yang paling baik adalah raja talun, pisang raja talun pun bermacam-macam : pisang raja talun mentah, masak karena diimbu (disimpan untuk memasakkan), disemprong (agar supaya lekas tampak warna kuning sebagai tanda sudah masak), korepen (rusak), yang palin baik adalah raja talun yang masak dipohon (suluh).
Adapun maksudnya adalah sebagai lambang, bahwa maksud dari bersuami istri yang hakiki, yang murni dan luhur ialah : agar supaya “Ngudi ambabar tuwuh” (berusaha agar dapat melahirkan benih) yang utama, terpilih dan terpuji, yaitu yang sangat baik seperti baik dan terpilihnya pisang raja talun yang utuh dan masak dipohon. Pada hakekatnya “melahirkan benih utama” itu suatu hal yang amat sukar sekali, terutama mengingat bahwa soal itu, soal benih atau biji ditangan Ilahita’ala. Sukar sekali mencapai maksud itu, namun dapat diusahakan dengan syarat-syarat usaha sebagai berikut:
  1. Harus teguh kemauannya (ingat: cengkir gading)
  2. Harus berkesungguhan hati (ingat: tebu wulung)
  3. Harus tekun memohon kemurahan Ilahi ta’ala yang maha kuasa, dan yang mengatur dunia, yang maha murah dan asih kepada segenap umatNya.
  4. Harus percaya bahwa Ilahi ta’ala selalu memenuhi permohonan hambaNya seimbang dan sesuai dengan ikhtiar dan tekadnya.
  5. Harus sabar, tidak bosan-bosan memohon kepada Ilahi ta’ala tiada henti-hentinya, setiap malam sehingga permohonan itu dikabulkan oleh Ilahi ta’ala, denga sesuatu pertanda/firasat.
Keterangan
Pertanda yang diberikan oleh Allah kepada manusia kadang-kadang berupa : Suara, bagi orang yang tajam pendengaran batinnya. Suara ini bukanlah suara yang dapat ditangkap oleh telinga manusia. Aksara, tulisan, gambaran atau ujud bagi orang yang tajam penglihatan batinnya. Aksara dan sebagainya seperti itu tidak dapat terlihat oleh mata kepala.Timbulnya rasa keyakinan atau firasat bagi orang yang tajam perasaan kalbunya
Pertanyaan : melahirkan benih (ambabar tuwuh) yang utama itu benih yang bagaimanakah ?
Jawab : Tuo, benih atau turun yang utama berupa anak perempuan atau laki-laki yang dapat memenuhi “tridarma bakti” didunia, yaitu 3 macam kewajiban sebagai berikut:
Manusia diciptakan didunia ini sebagai mahluk moral, artinya memiliki kesusilaan. Manusia susila wajib berbakti kepada Allah dengan : beriman atau tauhit kepada ALLAH.yang berarti mejalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.selantnya berserah diri pada Nya secara total.
Manusia dititahkan sebagai mahluk individual, perorangan, diwajibkan berusaha sekuat tenaga, budi dan daya, sehingga dapat memenuhi hukum hidup bahagia dengan 4 dasar, yaitu:
  1. wirya, yaitu kedudukan, jabatan, pangkat yang pantas;
  2. harta, yaitu uang, hartabenda, ekonomi yang cukup yang diperoleh dengan halal
  3. guna, yaitu kepandaian, ketrampilan yang cukup
  4. susila, yaitu baik budi pekerti, baik akhlaknya dan sopan santun
Manusia dititahkan didunia sebagai mahluk sosial, artinya: menyadari bahwa ia hidup bersama dengan banyak orang. Manusia sosial wajib bergotong-royong, tolong menolong, rukun, berbuat baik kepada sesama manusia demi keselamatan bersama.
ARTI BERBAGAI UPACARA DALAM BERTEMUNYA PENGANTIN
Berbagai upacara pada waktu bertemunya Pengantin perempuan dan lelaki seperti tersebut diatas mempunyai arti sebagai berikut :
Uncal-uncalan gantal (lempar-lemparan batu) Yang disebut gantal adalah selembar daun sirih yang diikat dengan benang atau lainnya. Sirih mempunyai peran penting dijaman lampau, orang mengundang tetangga dan kaum kerabatnya dengan mengirimkan sirih yang dilengkapi dengan kapur, gambir tembakau. sIrih itu sebagai alat penghubung mengundang orang ke rumahnya Seorang jejaka yang menaruh hati pada seorang gadisdan ingin bertanya apakah gadis itu bersedia untuk diperistri, maka jejaka itu mengirimkan daun sirih yang sudah dijadikan gantal kepada si gadis. Persetujuan gadis disampaikan dengan mengirimkan gantal pula kepada sang jejaka. Dengan lambang itu berarti lamaran diterima baik. Maka sebenarnya uncal-uncalan gantal dapat diartikan sebagai berkirim-kiriman surat.Dalam hal uncal-uncalan gantal pada waktu pengantin bertemu, yang melempar gantal lebih dahulu adalah pengantin lelaki, sebab yang melamar adalah pengantin pria.
 .      Makna lambang Wisuhan
Menurut tradisi kuna waktu pengantin laki-laki datang, pengantin wanita harus menjemputnya diambang pintu, dibarengi dengan perbuatan tanda hormat dan bakti ialah : ia bersembah, lalu berjongkok untuk membasuh kaki sang suami dengan air bunga setanam. Upacara ini sekarang diganti dengan saling berjabat tangan sebagai tanda saling mencintai dan menghormati.
Pengantin lelaki menginjak telor sampai pecah
Maksudnya, bahwa pengantin lelaki harus dengan tepat dapat memecahkan telor pengantin puteri sehingga berhasil menurunkan benih, mendapatkan keturunan yang baik.
Kacar-kucur
Pengantin lelaki menumpahkan kantong berisi beras, kedele, kacang, uang, dan sebaginya diterima oleh pengantin perempuan dengan tikar kecil sederhana diatas pangkuannya yang disangga dengan dua belah tangannya sesudah menjadi kosong, oleh pengantin lelaki kantong dikebutkan sebagai bukti bahwa semuanya sudah ditumpahkan kepada pengantin perempuan maksudnya : sang suami berkewajiban memberikan penghasilan, rezeki berupa apa saja kepada sang istri, sang istri dalam menerima rezeki dari suaminya diharapkan hidup cermat dan berhemat.  
Pengantin perempuan dan lelaki duduk diatas pangkuan ayah pengantin perempuan seolah-olah sang ayah menimbangnya
Sang ibu pengantin perempuan bertanya : “berat manakah Pak ?:”
Jawabnya “sama-sama beratnya sudah seimbang”.
Maksudnya : calon pengantin hendaklah masing-masing menjaga keseimbangan dalam mengarungi kehidupannya kelak.
Saling menyuapi
Pengantin perempuan menyuapi sang lelaki demikian sebaliknya, maksudnya bersuami istri hendaknya rukun, akrab lahir batin saling menerima apa adanya, untuk itu dalam bahasa Jawa bojo (istri) diganti menjadi Jodo (jodoh), mencari istri (bojo) lebih gampang ketimbang mencari jodo (jodoh)
Dalam falsafah Jawa :  
Kewajiban suami
Hangayani (memberi rejeki)
Hangomahi ( memberi rumah)
Hangayemi (membikin tenteram, ayem)
Hangayomi (melindungi)
Hangatmajani (memberi keturunan jiwa mulia)  
Kewajiban istri
Gemi-nastiti (hemat cermat)
Ngati-ati (hati-hati)
Reti-surti (siap-teliti)
Ngrukti (memelihara)
Setya-bekti (setia berbakti)
 UPACARA PENGANTIN ADAT JAWA  
A.     KRONOLOGIS
 Kronologis ketemu jodoh  pada orang  Jawa  dahulu ,biasanya melalui cara yang disebut :
1.      Babat alas artinya membuka hutan untuk merintis membuat lahan. Dalam hal babat alas ini orangtua pemuda merintis seorang congkok untuk mengetahui apakah si gadis sudah mempunyai calon atau belum. Istilah umumnya disebut nakokake artinya menanyakan
2.     Kalau sang pemuda belum kenal dengan sang gadis, maka adanya upacara nontoni
     Yaitu sang pemuda diajak keluarganya datang ke rumah sang gadis, pada saat pemuda pemuda itu diajak/ diberi kesempatan untuk nontoni sang gadis pilihan orang tuanya
3.      Bila cocok artinya saling setuju, kemudian disusul dengan upacara nglamar atau meminang. Dalam upacara nglamar, keluarga pihak sang pemuda menyerahkan barang kepada pihak sang gadis sebagai peningset yang terdiri dari pakaian lengkap, dalam bahasa Jawanya sandangan sapangadek.
4.      Menjelang hari perkawinan diadakan upacara srah-srahan atau asok tukon yaitu
      pihak calon pengantin putra menyerahkan sejumlah hadiah perkawinan kepada keluarga pihak calon pengantin putri berupa hasil bumi, alat-alat rumah tangga, ternak dan kadang-kadang ditambah sejumlah uang.
5.      Kira-kira 7 hari (dulu 40 hari) sebelum hari pernikahan calon pengantin putri dipingit artinya tidak boleh keluar dari rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon suaminya. Selama masa pingitan calon pengantin putri membersihkan diri dengan mandi kramas dan badannya diberi lulur.
6.      Sehari atau dua hari sebelum upacara akad nikah di rumah orangtua calon pengantin putri membuat tratag dan menghias rumah. Kesibukan tersebut biasanya juga dinamakan upacara pasang tarub
7.      Upacara siraman yaitu memandikan calon pengantin putri dengan kembang telon yaitu bunga mawar, melati dan kenanga dan selanjutnya disusul dengan upacara ngerik. Upacara ngerik yaitu membersihkan bulu-bulu rambut yang terdapat di dahi, kuduk, tengkuk dan di pipi.
8.      Setelah upacara ngerik, maka pada malam hari diadakan upacara malam Midodareni. Calon pengantin putra datang ke rumah pengantin putri dan selanjutnya calon pengantin putra menjalani upacara nyantri.
9.      Pada pagi harinya atau sore harinya dilangsungkan upacara ijab kabul yaitu meresmikan kedua insan antara pria dan wanita yang memadu kasih telah sah menjadi suami istri.
10.   Sehabis upacara ijab kabul dilangsungkan upacara panggih atau temon yaitu pengantin putra dan pengantin putri ditemukan yang berakhir duduk bersanding di pelaminan.
11. Lima hari setelah akad nikah dan upacara panggih diadakan upacara sepasaran pengantin atau ngunduh mantu apabila disertai dengan pesta.
B.     RANGKAIAN UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA
 Rangkaian upacara adat pengantin Jawa secara kronologis diuraikan dari awal sampai akhir sebagai berikut :
1.      Upacara siraman pengantin putra-putri
2.      Upacara malam midodareni
3.      Upacara akad nikah / ijab kabul
4.      Upacara panggih / temu
5.      Upacara resepsi
6.      Upacara sesudah pernikahan
 Makna rangkaian upacara tersebut secara perinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
 1.      Upacara Siraman Pengantin Putra-putri
     Upacara siraman ini dilangsungkan sehari sebelum akad nikah (ijab kabul). Akad nikah dilangsungkan secara/menurut agama masing-masing dan hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara adat. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada upacara siraman adalah :
a)     Siraman Pengantin Putri
·         Pengantin putri pada upacara siraman sebaiknya mengenakan kain dengan motif Grompol yang dirangkapi dengan kain mori putih bersih sepanjang dua meter dan pengantin putri rambutnya terurai.
·         Yang bertugas menyiram pengantin putri adalah :
               Bapak dan Ibu pengantin putri, disusul Bapak dan Ibu pengantin putra, diteruskan oleh orang-orang tua serta keluarga yang dianggap telah pantas sebagai teladan. Siraman ini dilanjutkan dan diakhiri juru rias dan paling akhir adalah dilakukan oleh pengantin sendiri, sebaiknya pergunakan air hangat agar pengantin yang disirami tidak masuk angin.
 b)     Siraman Pengantin Putra
          Urut-urutan upacara siraman pengantin putra adalah sama seperti sirama pengantin putri hanya yang menyiram pertama adalah Bapak pengantin putra.
Setelah upacara siraman pengantin selesai, maka pengantin putra ke tempat pemondokan yang tidak jauh dari tempat kediaman pengantin putri. Dalam hal ini pengantin putra belum diizinkan tinggal serumah dengan pengantin putri. Sedangkan pengantin putri setelah siraman berganti busana dengan busana kerik, yaitu pengantin putri akan dipotong rambut bagian depan pada dahi secara merata.
  2.      Upacara Midodareni
     Dalam upacara midodareni pengantin putri mengenakan busana polos artinya dilarang mengenakan perhiasan apa-pun kecuali cincin kawin. Dalam malam midodareni itulah baru dapat dikatakan pengantin dan sebelumnya disebut calon pengantin. Pada malam itu pengantin putra datang ke rumah pengantin putri. Untuk model Yogyakarta pengantin putra mengenakan busana kasatrian yaitu baju surjan,blangkon model Yogyakarta, kalung korset, mengenakan keris, sedangkan model Surakarta, pengantin putra mengenakan busana Pangeran yaitu mengenakan jas beskap, kalung korset dan mengenakan keris pula. Untuk  mempermudah maka pengantin putra pada waktu malam midodareni boleh juga mengenakan jas lengkap dengan mengenakan dasi asal jangan dasi kupu-kupu. Kira-kira pukul 19:00, pengantin putra datang ke rumah pengantin putri untuk berkenalan dengan keluarga dan rekan-rekan pengantin putri. Setibanya pengantin putra, maka terus diserahkan kepada Bapak dan Ibu pengantin putri. Setelah penyerahan diterima pengantin putra diantarkan ke pondok yang telah disediakan yang jaraknya tidak begitu berjauhan dengan rumah pengantin putri. Pondokan telah disediakan makanan dan minuman sekedarnya dan setelah makan dan minum ala kadarnya maka pengantin putra menuju ke tempat pengantin putri untuk menemui para tamu secukupnya kemudia pengantin putra kembali ke pondokan untuk beristirahat. Jadi jangan sampai jauh malam, karena menjaga kondisi fisik seterusnya. Jadi kira-kira pukul 22:00 harus sudah kembali ke pondokan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya agar jangan sampai pengantin menjadi sangat lelah karena kurang tidur. Setelah upacara malam midodareni ini masih disusul dengan upacara-upacara lainnya yang kesemuanya itu cukup melelahkan kedua pengantin.
 Pada malam midodareni pengantin putri tetap di dalam kamar pengantin dan setelah pukul 24:00 baru diperbolehkan tidur. Pada malam midodareni ini para tamu biasanya berpasangan suami istri. Keadaan malam midodareni harus cukup tenang dan suasana khidmat, tidajk terdengar percakapan-percakapan yang terlalu keras.
Para tamu bercakap-cakap dengan tamu lain yang berdekatan saja. Pada pukul 22:00 - 24:00 para tamu diberikan hidangan makan dan sedapat mungkin nasi dengan lauk-pauk opor ayam dan telur ayam kampung, ditambah dengan lalapan daun kemangi.
      Perlengkapan yang diperlukan untuk upacara panggih :
1)     Empat sindur untuk dipakai oleh kedua belah orang tua
2)     Empat meter kain mori putih yang dibagi menjadi dua bagian masing-masing dua meter
3)     Dua lembar tikar yang akan dipergunakan untuk duduk pengantin putri pada waktu di rias
4)     Dua buah kendhi untuk siraman pengantin putra-putri
5)     Dua butir kelapa gading yang masih utuh dan masih pada tangkainya
6)     Sebutir telur ayam kampung yang masih mentah dan baru
7)     Sebungkus bunga setaman
8)     Satu buah baskom / pengaron yang telah ada air serta gayungnya untuk upacara membasuh kaki pengantin putra
    9)     Dua helai kain sindur dengan bentuk segi empat digunakan pada upacara tanpa kaya atau kantongan yang terbuat dari kain apa saja.
10) Daham klimah yaitu upacara makan bersama-sama (dulangan) atau suap-suapan pengantin putri menyuapi pengantin putra dan sebaliknya
11) Dahar klimah, pada upacara dahar klimah makanan yang perlu disiapkan adalah : nasi kuning ditaburi bawang merah yang telah digoreng dan opor ayam. Pada upacara tanpa kaya yang perlu disediakan ialah : kantongan yang berisi uang logam, beras, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, jagung dan lain-lain.
  3.      Upacara Akad Nikah
       Upacara akad nikah dilaksanakan menurut agamanya masing-masing. Dalam hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara selanjutnya. Bagi pemeluk agama Islam akad nikah dapat dilangsungkan di masjid atau mendatangkan Penghulu. Setelah akad nikah diberikan petunjuk sebagai berikut : Setelah upacara akad nikah selesai,pengantin putra tetap menunggu di luar untuk upacara selanjutnya. Yang perlu mendapatkan perhatian ialah selama upacara akad nikah pengantin putra boleh mengenakan keris (keris harus dicabut terlebih dahulu) dan kain yang dopakai oleh kedua pengantin tidak boleh bermotif hewan begitu pula blangkon yang dipakai pengantin putra. Bagi pemeluk agama Katholik atau Kristen akad nikah dilangsungkan di gereja. Untuk pemeluk agama Katholik dinamakan menerima Sakramen Ijab, baik agama Islam maupun Katholik atau Kristen pelaksanaan akad nikah harus didahulukan dan setelah selesai Ijab Kabul barulah upacara adat dapat dilangsungkan.
  4.     Upacara Panggih
     Bagian I
     Upacara balangan sedah / lempar sirih yaitu pengantin putra dan pengantin  putri saling melempar sirih, setelah itu disusul dengan berjabat tangan tanda saling mengenal.
      Bagian II
     Upacara Wiji Dadi
     Sebelum pengantin putra menginjak telur, pengantin putri membasuh terlebih dahulu kedua kaki pengantin putra.
      Bagian III
     Upacara sindur binayang yaitu pasangan pengantin berjalan dibelakang ayah pengantin putri, sedangkan ibu pengantin putri dibelakangnya pengantin tersebut. Hal ini mempunyai makna Bapak selalu membimbing putra-putrinya menuju kebahagiaan, sedangkan Ibu memberikan dorongan “tut wuri handayani”
      Bagian IV
     Timbang (Pangkon) dan disusul upacara tanem
     Upacara tanem yaitu Bapak pengantin putri mempersilahkan duduk kedua pengantin di pelaminan yang bermakna bahwa Bapak telah merestui dan mengesahkan kedua pengantin menjadi suami istri.
      Bagian V
     Upacara tukar kalpika yang disebut juga tukar cincin yaitu memindahkan dari jari manis kiri ke jari manis kanan dan dilaksanakan saling memindahkan. Hal ini mempunyai makna bahwa suami istri telah memadu kasih sayang untuk mencapai hidup bahagia sepanjang hidup.
     Bagian VI
     Kacar-kucur (tanpa kaya)
     Upacara  kacar-kucur atau disebut guna kaya yang bermakna bahwa hasil jerih payah sang suami diperuntukkan kepada sang istri untuk kebutuhan keluarga.
      Bagian VII
     Kembul Dhahar “ Sekul Walimah “
     Upacara kembul dhahar yaitu kedua pengantin saling suap-suapan secara lahap. Hal ini bermakna bahwa hasil jerih payah dan rejeki yang diterimanya adalah berkat Rahmat Tuhan dan untuk mencukupi keluarganya. Segala suka dan duka harus dipikul bersama-sama.
      Bagian VIII
     Pengantin putra dengan sabar menunggu pengantin putri menghabiskan Dhaharan.Biasanya Ibu lebih sayang untuk membuang makanan. Hal ini bermakna agar Tuhan selalu memberikan rezeki dan selalu mensyukuri rezeki yang diterimanya.
      Bagian IX
     Upacara Mertuwi
     Bapak dan Ibu pengantin putra datang dijemput oleh Bapak dan Ibu pengantin putri untuk menjenguk pengesahan perkawinan putrinya. Setelah dipersilahkan duduk  oleh Bapak dan Ibu pengantin putri lalu dilangsungkan upacara sungkeman. Apabila   Ayah atau Bapak pengantin putra telah meninggal dunia, maka sebagai gantinya   yaitu kakak pengantin putra atau pamannya.
      Bagian X
     Upacara Sungkeman
     Upacara sungkeman / Ngebekten yaitu kedua pengantin berlutut untuk menyembah  kepada Bapak dan Ibu dari kedua pengantin. Dalam hal ini bermakna bahwa kedua pengantin tetap berbakti kepada Bapak / Ibu pengantin, serta mohon doa restu agar Tuhan selalu memberikan rahmatnya.
 ARTI ISTILAH DAN MAKNANYA
 1.     TARUB    
 Kata benda yang menunjukan pengertian dari satu “ bangunan darurat “ yang khusus didirikan pada dan di sekitar rumah orang yang mempunyai hajat menyelenggarakan peralatan perkawinan / Ngunduh Temanten, dengan tujuan rasional dan irrasional.
 Rasional   : Membuat tambahan ruang untuk tempat duduk tamu dan lain-lainnya
Irrasional  : Karena pembuatan tarub menurut adat harus disertai dengan macam macam persyaratan khas yang disebut srana-srana / sesaji, maka yang demikian itu mempunyai tujuan “ keselamatan lahir batin “ dalam memangku-kerja-perkawinan itu dalam arti luas
Adapun Srana Tarub yang pokok disebut tuwuhan dengan maksud supaya berkembang di segala bidang bagi kedua mempelai terdiri dari :
a)     Sepasang pohon pisang-raja yang berbuah, maknanya secara singkat adalah :
·         Agar mempelai kelak menjadi pimpinan yang baik bagi keluarganya/ lingkungannya/bangsanya
·         Seperti pohon pisang dapat tumbuh dan hidup di mana saja maka diharapkan bahwa mempelai berdua pun dapat hidup dan menyesuaikan diri di lingkungan mana pun juga dan berhasil (berubah)
 b)     Sepasang Tebu Wulung
          Tebu      : antipening kalbu = tekad yang bulat
          Wulung  : mulus = matang
          Maknanya, dari mempelai diharapkan agar segala sesuatu yang sudah dipikir matang-matang dikerjakan/dilaksanakan dengan tekad yang bulat, pantang mundur (“mulat sarira hangrasawani”)
 c)      Dua janjang kelapa gading yang masih muda
          Kelapa gading  : Kelapa yang kulitnya kuning
          Kelapa muda    : cengkir
          Maknanya, kencengin pikir = kemauan yang keras
          Dari mempelai diharapkan agar memiliki “kemauan yang keras”  untuk dapat mencapai tujuan
 d)     Daun : beringin
         Daun        : Maja
         Daun        : Koro
         Daun        : Andong
         Daun        : Alang-alang
         Daun        : Apa-apa (daun dadap srep)
         Maknanya, diharapkan dari mempelai kelak dapat tumbuh seperti pohon beringin, menjadi pengayom lingkungannya dan agar semuanya dapat berjalan dengan selamat sentosa lahir batin (aja ana-sekoro-koro kalis alangan sawiji apa)
 2.     SRANA/SESAJI TARUB
 Menunjukkan pengertian baik kata benda maupun kata kerja, yang berarti membuat/mempersiapkan semua persyaratan barang-barang baik yang berujud (materiil) maupun yang tidak berujud (spirituil) yang diperlukan untuk pelengkap syarat pembuatan tarub sesuai dan menurut kepercayaan dan pengertian tradisi/adat.
 3.     NGUNDUH ATAU NGUNDUH TEMANTEN
 Kata-kata Ngunduh = memetik yang dilakukan khusus oleh orang tua dari mempelai lelaki, yang berarti mendatangkan mempelai berdua di rumah orang tua mempelai lelaki, biasanya setelah 5 hari anaknya lelaki itu berada di rumah mertuanya sejak hari dilangsungkan perkawinannya, untuk secara bergantian dirayakan di rumah orang tuanya sendiri (orang tua mempelai lelaki) dengan maksud untuk memperkenalkan mempelai kepada keluarganya dan handai taulan.
 4.     SRANA NGUNDUH
 Idem dengan No.2 di atas, untuk ucapan “ Ngunduh Tematen “
 5.     PETANEN ATAU KROBONGAN
Kata benda petanen atau krobongan yakni kamar tengah dari dalem = bangunan rumah yang dibelakang. Bangunan rumah yang didepan namanya Pendapa
Kamar tengah yang disebut petanen ini biasanya selalu dihiasi atau bahasa Jawa di robyong. Tempat yang dirobyong itu lalu disebut Krobongan . Petanen atau juga disebut krobongan ini adalah kamar yang disediakan untuk DEWI SRI yaitu dewinya pertanian (Jawa = petanen)
Dalam upacara perkawinan, maka setelah temu atau panggih, kedua mempelai lalu duduk di muka petanen ini. Disitulah dilakukan ucapan-ucapan kelanjutannya, misalnya: nimbang, kacar-kucur atau sungkem dan lain-lainnya. Sesuai dengan perkembangannya sekarang krobongan disebut pelaminan yang bentuknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
 6.     KEMBAR MAYANG
 Terdiri dari 2 kata,
Kembar        : dua benda yang sama bentuknya dan ukurannya
Mayang        : bunga pohon pinang
Jadi artinya, sepasang benda yang dirangkai dalam bentuk tertentu dengan bunga pinang guna keperluan mempelai. Akan tetapi arti sebenarnya dimaksudkan disini melambangkan suatu “pohon hayat” dalam bentuk sekaligus berfungsi sebagai dekorasi.
 7.     TEMANTEN ATAU PENGANTIN
Artinya Mempelai
 8.     PRABOT TEMANTEN
 Segala sesuatu yang perlu bagi seorang temanten, terutama sekali mengenai pakaian tradisional temanten menurut adat
 9.     “ PINISEPUH “  PUTRI
Dalam arti sempit :
Ahli waris wanita yang dekat hubungannya dengan keluarga dan yang kedudukannya dalam lingkungan keluarga itu lebih tua dari sang mempelai, misalnya :
·         Dari garis lurus ke atas (adscendenten) Ibu, nenek putri, eyang buyut dan seterusnya
·         Dari garis samping Kakak perempuan, bibi (tante, oudtante) dan seterusnya.
Dalam arti luas :
Yang disebut di atas + wanita-wanita lain yang tua usianya dan sangat akrab hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan (bahasa Jawa disebut Kewula-keraga)
 10.“ PINISEPUH “ KAKUNG
 Idem dengan No.9 diatas tetapi untuk pengertian lelaki
 11.NGANTHI
 Kata kerja Nganthi berarti membimbing fisik = mendampingi dan memegangi tangan dari sang mempelai
 12.SINDUR
Semacam selendang yang warnanya merah bertepikan putih, melambangkan persatuan dari unsur bapak dan unsur ibu. Sindur ini dalam upacara perkawinan :
a)     Dipakai sebagai ikat pinggang oleh orang tua (bapak dan ibu) yang menyelenggarakan peralatan mantu.
b)     Dipakai sebagai salah satu sarana dalam upacara perkawinan yaitu setelah mempelai bergandengan tangan (Jawa : kanthen) berjalan menuju ke tempat duduk pengantin, maka salah seorang pinisepuh putri (biasanya ibunda mempelai) mengikuti berjalan dekat di belakang mempelai berdua sambil menyelimutkan sehelai sindur sebagai lambang persatu paduan jiwa raga suami istri yang abadi.
Sindur diartikan kependekan dari sin = isin/malu, Ndur = mundur (malu untuk mundur)
Bahwa tujuan perkawinan antara lain adalah untuk meneruskan kehidupan generasi melalui pembangunan keluarga sejahtera.
Segala rintangan/hambatan tidak akan melemahkan keyakinan dirinya terhadap apa yang harus diperjuangkan dalam usaha membangun suatu keluarga sejahtera, terlebih-lebih dengan disertai do’a restu orang tua kedua pengantin, maka apapun yang akan dihadapinya akan terus diperjuangkan sampai terwujudnya harapan serta cita-citanya tersebut.
 13.NGABAKTEN / SUNGKEM
 Suatu kewajiban moral tradisional bagi sang mempelai untuk secara fisik menunjukkan/menyatakan bakti dan hormatnya lahir batin kepada orang tua dan para pinisepuhnya dengan gerakan tertentu, seraya mohon do’a restu dan mendapat ridho dari Tuhan agar selalu mendapatkan bimbingan dan petunjuk di dalam membangun keluarga dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
Pada saat akan sungkem kedua pengantin melepas selop dan keris yang dikenakan pengantin pria. Hal ini dimaksudkan bahwa kedua mempelai dengan sepenuh hati telah siap akan bersujud kepada orang tua pengantin dan pinisepuh
 14.GANTI BUSANA
 Upacara mempelai untuk sementara waktu meninggalkan tempat duduknya berjalan menuju kamar rias untuk ganti pakaian dengan diiringi oleh beberapa orang pinisepuh, saudara-saudaranya (laki-laki dan perempuan) dan lain-lain anggota keluarga terdekat yang ditunjuk.
 15.BESAN
Sebutan yang dipakai untuk menunjukkan hubungan kekeluargaan antara orang tua dari mempelai lelaki dan orang tua dari mempelai wanita.
 16.MERTUA
 Sebutan yang dipakai untuk menunjukkan hubungan kekeluargaan bagi mempelai lelaki terhadap orang tua dari mempelai wanita dan bagi mempelai wanita terhadap orang tua dari mempelai lelaki (parent in laws)
 17.AMONG TAMU
Tugas khusus untuk menerima dan mengantar para tamu ke tempat duduknya, menurut ketentuan protokol.
 18.GAMELAN
Seperangkat (unit dari salah satu macam alat-musik Indonesia) disiapkan untuk lebih menyemarakkan suasana
 19.KERIS
 Suatu benda semacam senjata-tajam yang mempunyai bentuk khusus dan dianggap keramat berfungsi antara lain sebagai salah satu perabot dari pada pakaian kebesaran secara adat Jawa.
20.PAKAIAN SIKEPAN CEKAK / ALIT
Salah satu model pakaian pengantin yang dipakai setelah kembali dari ganti menuju ketempat duduknya. Model ini yang biasa digunakan oleh para pangeran saat upacara2  kebesaran.
 21. DIJEJERKAN
 Diatur agar mempelai berdua berdiri berjajar.
 22.  PAMITAN
 Para tamu mohon diri kepada orang tua kedua mempelai untuk pulang kembali ke tempat masing2.
 23. NANDUR
Gerakan dari orang tua laki-laki untuk mendudukan kedua pengantin di pelaminan dengan menekankan tangan di pundak pengantin pria dan wanita yang dapat diartikan bahwa setiap orang tua dengan kasih sayangnya tetap akan selalu memberikan petunjuk2 dan pengarahan yang benar dengan harapan hendaknya segala sesuatu yang dilaksanakan selalu didasari budi yang baik dan luhur.
 Nandur = menanam
Dimaksukdkan bahwa akan tumbuh hidup subur dan dari kesuburan tersebut dihasilkan buah yang bagus dan berguna.
 24.IMBAL WICARA
Dialog/percakapan yang dilaksanakan pada saat serah terima kedua pengantin dari orang tua pengantin putri kepada orang tua pengantin putra
 25. BOMBYOK KERIS / KOLONG KERIS
 Suatu kelengkapan busana kebesaran bagi pengantin yang terdiri dari untaian / rangkaian bunga dan mawar dengan warna putih dan merah yang artinya sama dengan arti sindur
 26. OMBYONG
Sebutan bagi rombongan pengiring pengantin yang biasanya terdiri dari para keluarga terdekat pengantin pria/wanita yang telah ditentukan
 27. NGARAK TEMANTEN
 Kata kerja “ngarak” berarti membimbing secara bersama-sama dalam bentuk rombongan
 28. MENGAPIT
Dapat diartikan mendampingi di sebelah kanan dan kiri yang dapat dilakukan dalam posisi duduk, berdiri atau berjalan
 29. BUCALAN = BUANGAN
Kata benda dari sesaji yang akan ditempatkan / dibuang di tempat-tempat tertentu (route perjalanan dan kompleks penyajiannya telah diuraikan di depan / skenario)
Kata kerja dari pelaksanaan penyajian sesaji bucalan gecok mentah dengan maksud mengharapkan partisipasi dari para bahu rekso (makhluk yang tidak kelihatan) maupun yang kelihatan, untuk menjaga jalan-jalan yang akan dilalui pengantin dan juga ditempat-tempat yang akan dipakai tempat upacara/perhelatan dan diminta supaya tidak mengganggu pengantin sekalian, beserta orang tuanya, keluarganya, pengiringnya, tamu-tamunya, para panitia dan pembantunya dan lain-lain. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan hajat Ngunduh Temanten tersebut selamat hingga upacara selesai dengan paripurna khususnya kepada pengantin sekalian diberikan rakhmat, sejahtera dan bahagia lahir batin
 30. SIRAMAN
 Menunjukkan pengertian kata benda dari kata “siram” yang berarti suatu perbuatan tradisional mandi bagi setiap orang calon mempelai wanita maupun pria menjelang akad nikah.
Untuk keperluan ini diperlukan pula syarat-syarat atau sesaji-sesaji yang disebut “sirna siraman” yang ujudnya sesuai dengan uraian pada skenario.
Upacara siraman (mandi mempelai) ini dipimpin dan dilakukan/dibantu oleh para ahli waris terdekat yang sudah tua usianya baik dari garis bapak maupun dari garis ibu (sesuai masyarakat adat yang bersifat ke bapak ibuan = perenteel)
 31. PAES
Menunjukkan kata benda dari kata kerja maesi, yang berarti merias dahi calon mempelai wanita oleh seorang wanita ahli dalam tugas ini, agar wajah si calon mempelai wanita terlihat lebih cantik lagi mirip gambaran wajah seorang bidadari.
 32. KEMBANG SETAMAN
Beberapa macam bunga yang dicampur satu dalam sebuah tempat/wadah yang berisi air tawar
  Upacara Resepsi
 Resepsi ialah pertemuan atau jamuan yang diadakan untuk menerima tamu pada pesta perkawinan, pelantikan dan lain sebagainya. Resepsi pesta perkawinan dapat dilaksanakan di rumah sendiri ataupun di gedung pertemuan. Dikota-kota besar terutama seperti di Jakarta resepsi-resepsi perkawinan dilangsungkan di gedung-gedung pertemuan. Hal ini sehubungan dengan rumah sendiri tidak dapat menampung para tamu yang berdatangan, disamping rumahnya sendiri sempit dan tidak mempunyai halaman secara luas. Cara pelaksanaan resepsi baik di rumah maupun di gedung selanjutnya dapat diatur sebagai berikut :
 Resepsi diirumah
Resepsi di rumah dapat diselenggarakan beberapa saat setelah upacara adat selesai. Dalam resepsi ini dapat diadakan pengambilan foto-foto bersama keluarga dan rekan-rekan pengantin sekalian.
Setelah selesai pengambilan foto tersebut kemudian masih diteruskan “upacara kirab”. Sementara para tamu menikmati hidangan yang tersedia, Kirab Pengantin ialah pengantin putra dan putri diarak-arak masuk ke kamar pengantin untuk berganti pakaian / busana dari busana kebesaran berganti busana “kasatrian”.
Pada upacara kirab tersebut didahului dengan seorang sebagai penunjuk jalan yang biasa disebut Cucuking Lampah atau Canthang Balung. Cucuking Lampah hanya berjalan biasa sesuai dengan irama gending yang mengiringi, sedangkan Canthang Balung diselingi dengan menari.
Iring-iringan pada waktu kirab ialah :
1.      Paling depan adalah cucuking lampah / canthang balung / subamanggala
2.      Dua orang perjaka yang disebut Satria Kembang dan biasanya diambil dari adik pengantin putri atau putra atau keluarga terdekat
Sebelum acara perkawinan dimulai  ada acara budaya  sesaji secara tradisional yaitu :
1.     Sesaji Bucalan yang terdiri dari :
A.    “ Rasulan Jangkep “ (rasulan lengkap) yang terdiri dari :
-        Nasi gurih dengan lauknya yaitu ingkung ayam jantan
-        Lalapan
-        Rambak (krecek/krupuk kulit)
-        Kedelai hitam
-        Pisang raja dua sisir yang sudah ranum dan masih utuh
-        Kembang boreh
-        Kemenyan dan madu
                      Catatan :
           Selamatan ini khusus ditujukan kepada para Rasul Allah dan Nabi
 B.     “ Asahan Jangkep “ (asahan lengkap) yang terdiri dari :
-        Nasi putih dengan lauknya bermacam-macam
-        Ketan kolak dan apem
          Catatan :
         Selamatan ini khusus ditujukan kepada leluhur dari kedua calon pengantin
         yang telah mendiang.
 C.     “ Tumpengan Sega Janganan “ ( nasi urapan)D. Jajan Pasar  E Kembang SetamanF.Tumpeng Robyong
     Catatan :
    Selamatan yang tersebut pada C, D, E dan F dari atas khusus ditujukan
    kepada Saudara yang mendampingi kedua calon pengantin pada waktu lahir.
    (Jawa : Kakang kawah, adi ari-ari : “meruhi sedulur sing lair barang sedino”)  
    bahasa Indonesia, memberitahukan kepada Saudara yang lahir bersamaan   
    harinya.
G.    “ Golong Jangkep “ (Nasi golong lengkap) terdiri dari :
-        Nasi dengan lauk pecel ayam
-        Sayur menir (bahasa Jawa : pecel, pitik, jangan menir)
            Catatan :
      Selamatan ini ditujukan kepada cikal bakal yang menjaga bumi, sebagai
      tanda pemberitahuan bahwa kita akan mencangkul di beberapa tempat
      untuk memasang tarub.
 H.    “ Pisang Sanggan “ terdiri dari :
-        Pisang raja dua sisir yang sudah ranum ( hampir matang)
-        Gula kelapa dua sisir (satu tangkep)
-        Kelapa utuh satu biji
-        Beras
-        Kinang Jangkep
-        Kembang wangi yaitu bunga melati, mawar, kenanga atau kanthil
          Catatan :
         Pisang ini melambangkan kegotongroyongan dari semua sanak saudara,
         handai taulan sehingga akan mempermudah dan memperlancar jalannya
         upacara adat
 I.       “ Bucalan gecok mentah “ terdiri dari :
1.     “ Pala pendem ”, yaitu buah yang tumbuhnya di dalam tanah seperti singkong, ubi rambat, kacang tanah dan lain-lain
2.     “ Pala kesampar “, yaitu buah yang tumbuhnya melekat diatas tanah, misalnya ketimun, semangka dan lain-lain
3.     “ Pala Gemantung “, yaitu buah yang tumbuhnya melekat pada pohon sebelah atas , misalnya pepaya, mangga, rambutan dan lain-lain
4.     Kacang-kacangan 5 macam :
               Kacang merah, kacang putih, kacang hijau, kacang tanah, dan jagung
5.     “ Gereh petek “ (ikan asin)
6.     “ Kluwak “ dan kemiri
7.     Tumpeng 5 macam ;
       Tumpeng merah, tumpeng hitam, tumpeng kuning, tumpeng putih dan tumpeng hijau
8.     “ Jenang merah, jenang putih, jenang katul, (sengkolo) “
9.     Telur ayam mentah satu biji
10. “ Empon-empon sak pepake “ (rempah-rempah lengkap)
               misalnya dlingo, bangle, lempuyang, kencur dan lain-lain
11. Kembang boreh, kemenyan madu
 12. “ Gecok mentah “, terdiri dari bumbu dapur, daging mentah dan kelapa irisan
13. Rokok, sirih diikat (gantal sirih), uang logam (lima puluh rupaih, seratus rupiah)
-        Selesai upacara selamatan pokok, dilakukan bucalan di sepanjang jalan yang akan dilalui pengantin
 2.     Pasang Tarub dan Tuwuhan :
     Hari, tanggal pelaksanaan pasang tarub telah ditentukan :
-        Selamatan pasang tarub :
a)     “ Rasulan Jangkep “ (rasulan lengkap)
b)     “ Asahan Jangkep “ (asahan lengkap)
c)      “ Tumpeng Sego Janganan “ (tumpeng nasi urapan)
d)     “ Jajan Pasar “
e)     “ Kembang Setaman “ (bunga setaman)
f)       “ Tumpeng Robyong “
g)     “ Golong Jangkep Lawuhan “ (nasi golong lengkap)
h)     “ Pisang Sanggan “
    -        Selesai upacara selamatan pasang tarub, dilanjutkan dengan menaikkan
          bleketepe*  oleh petugas yang di tunjuk sebagai tanda simbolik bahwa di
          tempat itu akan diselenggarakan hajat ngunduh temanten
-        Pasang tuwuhan di tempat yang telah ditentukan
-        Tuwuhan terdiri dari :
a)     Tandan pisang raja yang hampir matang berikut pohonnya
b)     Tangkai buah kelapa gading
c)      “ Tebu wulung “ (tebu ungu)
d)     Daun Timbul (kluwih)
e)     Daun Alang-alang
f)       Daun Kemuning
g)     Daun girang
h)     Buah Maja
i)       Daun Dadap Serep
j)       Padi
k)     Daun Beringin
l)       Daun Koro
m)  Daun Apa-apa
n)     Anyaman Daun Kelapa
 *bleketepe = anayaman dari daun nyiur yang digunakan untuk atap atau dinding  khususnya untuk hajatan
  3.     Siraman
-        Penyiapan “ Sajen “ dan syarat “ Kosokan “ siraman di rumah pengantin putra
a)     Sesaji (sajen) siraman :
·        “ Tumpeng sego janganan “ (nasi tumpeng urapan)
·        “ Jajan pasar “
·        “ Nasi tumpeng robyong “
·        Ayam hidup
·        “ Cengkir gading “ 2 buah, dimasukkan ke dalam kembang setaman yang akan dipakai mandi (siram) pengantin. Dimasukkan juga uang 5 sen.
·        “ Kendi “ berisi air
 b)     Alas Siraman :
·        “ Klasa bangka “ baru
·        Daun Apa-apa
·        Daun Koro
·        Daun Timbul (kluwuh)
·        Daun Dadap Serep
·        Daun Alang-alang
·        Kain Letrek
·        Kain Sindur
·        Kain Yuyu Sekandang
·        Kain Lurik Puluh Watu
·        Kain Mori (lawon)
·        Sembagi
 c)      “ Kosokan “ (sarana untuk menggosok badan)
·        Tepung Beras 7 warna
·        Mangir
·        Daun Kemuning
·        Air Satu Klenthing*
·        “ Ratus “ dengan anglonya
           Jam 11:00 :
-        Siraman pengantin putra di rumah pengantin putra sendiri
-        Siraman pengantin putri di rumah keluarga calon pengantin putra yang terdekat
 4.     Majemukan
     Tempat pelaksanaan : Jam 19:00
 -        Penyajian rasulan tersebut di :
a)     Dekat kamar pengantin
b)     Dekat kamar pengantin
 -        Pengantin, besan dan pengiring berjalan pelan-pelan menuju ke pintu  masuk tempat upacara, dimana Bapak dan Ibu pengantin putra bersama saudara-saudara pengantin yang bertugas membawa sindur.
           Catatan : Iringan gending ; Monggang / Bende Lori
 -        Kurng lebih tiga langkah dari Bapak dan Ibu pengantin putra, iring  iringan pengantin berhenti disusul imbal wacana / dialog oleh bapak pengantin putri menyerahkan pengantin sejoli kepada bapak pengantin putra.
 -        Bapak pengantin putra menerima penyerahan pengantin sejoli dan  dilanjutkan dengan tata cara mangayu-hayu kedatangan kedua pengantin Hati ayam yang ada di dalam ingkung (ati pengasih) diambil dan dipersilakan  makan calon pengantin pria dan calon pengantin putri. Adapun rasulan selebihnya dimakan bersama oleh pinisepuh yang wungon (tirakatan)
 -        Selesai upacara ngunduh pengantin, sesampainya kedua pengantin di rumah pengantin putra, ati pengasih dipersilakan makan oleh kedua  pengantin
 5.     Paes
-        Penyiapan sarana paes pengantin putri di rumah pengantin putra.
          “ Sajen paes “ terdiri dari :
a)     Pisang Sanggan
b)     Tumpeng putih
c)      Ayam panggang
d)     Jajan pasar
e)     Klasa bangka untuk tempat duduk pengantin
 ACARA POKOK
(Jadwal waktu ini diatur sedemikian rupa agar dapat berjalan lancar sebagai contoh waktu sbb)
1.     Penjemputan pengantin :
     08:30          : Rombongan penjemput pengantin dan besan yang dipimpin
     09:00          : Besan tiba dirumah pengantin putra
     09:25          : Pengantin, besan beserta pengiring berangkat menuju tempat upacara
 2.     Upacara penerimaan pengantin :
    08:30          : Bapak dan Ibu pengantin putra di tempat upacara
                     Catatan : Iringan gending ketawang puspawarna
     09:00          : -  Para undangan mulai berdatangan
                        Catatan : Iringan gending Mangayu-hayu (gending bonangan   dan Klenengan )
                      -  Di tempat upacara di bawah tratag, teman-teman pengantin putra dengan berpakaian adat Jawa berdiri di kanan kiri jalan  yang akan dilewati pengantin dan rombongan
     10:00          : -  Kedua pengantin, besan dan pengiring tiba di depan tempat upacara
                     -  Setelah iring-iringan pengantin tiba di depan upacara, rombongan pengantin diatur secara rapi
                     -  Kembar Mayang mendahului masuk ke tempat upacara dan terus ditempatkan dekat pada Kembar mayang yang telah ada
Ucapan pada saat pasrahan kami contohkan:
1.     Pasrahan Pengantin
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
          Kawula nuwun, Bapak …….. sekadang ingkang dahat sadu ing budi, ingkang kapareng hanyelirani-hamakili penjenenganipun Bapak ……..
          Kawula pun ……… ingkang tinanggenah minangka dados duta panjenenganipun Bapak …….. sarimbit kaparenga unjuk atur: Ingkang sapisan kawula hangunjuaken suka-syukur ing Pangayuning Pangeran Ingkang Maha Agung, dene hama-rengaken kawula dalah panjenengan sadaya saged pinarak hanjumenengi pahargyan ing kalanggahan punika.
Kaping kalih Bapak ….. sarimbit hangutaraken salam taklim winantu pamuji rahayu katur dumateng panjenenganipun Bapak …… Jangkep kaping tiganipun, hanuhoni golong-gilingipun sadaya, anggenipun badhe hamurwani bebesanan, kanthi linambaran dhaupipun ingkang putra sesilih inggih punika ….. kaliyan putranipun Bapak ….. naminipun ……
          Ingkang kalenggahan punika, kawula sekadang sowan dinuta kinen hangirit calon pengantin : Anakmas …… katur ingarsanipun Bapak …… Ing salajengipun menggah kelampahaning ijab kabul saha panggih kawula sumanggaaken ing jengandhika.
          Minangka pari pumaning atur, bilih wonten sigug-kidhunging patrap saho kirang tata-kramanipun atur kawula, mugi panjenengan kapareng hangluberaken gunging samudra pangaksama, Satuhu.
 2.     Waluyan pasrahan (hanampi) panganten
           Karahayon, katentreman tuwin kabahagyan mugi kasarira ing penjenengan sarta para rawuh sadaya awit saking Sih, Tuntunan Pepadang saha Pangayomanipun Gusti Allah ingkang Maha Asih lan Maha Mirah.
          Kawula nuwun inggih. Kawula pun ….. ingkang hanyarirani makili panjanenganipun Bapak …. Ingkang tinanggenah kinen hanampi pasrahan ijengandika calon penganten anakmas …… ingkang badhe kadhaupaken kaliyan putranipun, sesilih …….
          Gurawalan panami kawula menggah pasrah ijengandika Calon penganten punika. Salajengipun ing wekdal ingkang sampun kangkah. Panganten kakalih badhe ijab kabul kadhaupaken terus pinahargya kanthi upacara panggih.
          Wasana sumangga ijengandika hanjumenengi lan mahargya ngantos paripurnaning Upacara.
          Bilih wonten kirang sekecaning palenggahan dalah kirang ecaning pasugatan kaparenga panjenengan sadaya paring pangapunten kanthi linambaran sih katresnan.
          Winantu ing pangesthi mugi pangeran tansah hangayomana dhumateng kawula sadaya. Satuhu.
 ARTI DAN TUJUAN MALAM MIDODARENI MENURUT TRADISI
           Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari perempuan yang mempunyai paras elok atau cantik sekali (kata kiasan). Para bidadari bertempat di kahyangan menurut cerita dalam pewayangan. Seorang perempuan yang memiliki paras cantik sekali dapat diumpamakan seperti bidadari.
Malam midodareni adalah malam menjelang akad nikah dan biasanya akad nikah dilaksanakan pada pagi harinya. Dalam malam midodareni kedua calon pengantin (jejaka dan gadis yang akan menikah pada pagi harinya) sudah dapat disebut pengantin. Malam midodareni bertujuan untuk tirakatan memohon rahmat Tuhan dengan maksud agar dalam menyelenggarakan upacara tidak ada aral melintang.
Disamping itu agar para bidadari memberikan berkah kepada pengantin putri supaya menjadi cantik sekali. Hal ini ada kaitannya dengan pingitan. Apabila calon pengantin putri menjalani pingitan misalnya selama 7 hari dengan merawat badan paras muka, maka bila telah dirias pengantin putri seolah-olah menjadi sangat cantik. Banyak para tamu yang terpesona akan kecantikan pengantin putri (banyak yang “pangling”). Ini adalah berkat tradisi adanya pingitan.
           Malam Midodareni juga dimanfaatkan untuk mengadakan penelitian dan pemeriksaan segala sesuatu agar dalam pelaksanaan upacara dapat berjalan tertib dan lancar. Pada malam midodareni pengantin putra sudah berada di pondokan untuk melaksanakan nyantri. Nyantri artinya mengabdi terlebih dahulu kepada calon mertua sebelum melaksanakan upacara ijab kabul dan panggih.
Selama malam midodareni pengantin putra tidak boleh bertemu dengan pengantin putri.
 JALANNYA UPACARA MALAM MIDODARENI
Agar upacara berjalan dengan lancar maka perlu diatur sebagai berikut :
1.     Sehari sebelum upacara malam midodareni perlu dipersiapkan sesaji seperti siraman, sesaji kamar pengantin, sesaji malam midodareni, sesaji bucalan (buangan) dan sesaji dapur (pawon)
2.     Tuwuhan sudah harus dipasang di kanan kiri pintu gerbang atau pintu masuk
     halaman rumah orang tua calon pengantin putri.
3.     Sehari sebelum upacara akad nikah, panggih dan resepsi, calon pengantin putri mandi kramas sendiri sampai bersih sekali.
4.     Kira-kira pukul 15:00 atau 16:00 upacara siraman yaitu calon pengantin putri
     dimandikan dengan air kembang setaman.
5.     Setelah itu rambut kepala calon pengantin putri diratusi dengan dupa harum, bulu roma di bagian tengkuk dikerik dan athi-athinya dibentuk seperti hiasan rambut para bidadari. Sementara dari Juru Rias (Dukun Rias) masih menggunakan do’a-do’a khusus untuk kecantikan agar pengantin dirias betul-betul menjadi cantik sekali.
6.     Upacara khusus bila ada misalnya :
a)     Upacara Bubak Kawah yaitu bila pengantin putri adalah anak sulung
b)     Upacara Tumplak Punjen yaitu bila pengantin putri adalah anak bungsu
c)      Upacara Langkahan yaitu bila pengantin putri mendahului kakaknya baik kakak perempuan maupun kakak laki-laki.
7.     Bila upacara khusus itu telah selesai, pengantin putri bersama-sama para sesepuh yang hadir membantu malam tirakatan sampai pukul 24:00, dengan maksud agar dalam upacara perkawinan nanti mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada halangan apa pun. Menurut tradisi tepat jam 24:00 dengan perantaraan doa-doa sembaga dari Dukun Paes (Juru Rias) para bidadari akan menurunkan cahaya kecantikan kepada paras pengantin putri. Bagi para muda-mudi yang turut tirakatan bersama-sama calon pengantin putri akan menerima berkahnya (sawabnya) untuk segera mendapatkan jodoh seperti yang diharapkan oleh para muda-mudi.
8.     Tepat pukul 24:00 diadakan selamatan midodareni yang terdiri dari : nasi
     gurih, ingkung sepasang, satu gelas air putih bersih dengan kembang
     setaman.
 JALANNYA UPACARA PANGGIH
 Upacara panggih sering mempunyai perbedaan-perbedaan antara daerah satu dengan daerah lain di Jawa. Hal ini menurut adat istiadat setempat. Perbedaan-perbedaan ini disebabkan belum adanya pedoman secara baku dalam bentuk buku. Perbedaan-perbedaan tersebut sering menimbulkan perselisihan perasaan antara satu dengan lainnya, yang mungkin akan membawa pengaruh kurang baik dikemudian hari. Sering kali juga menjadi bahan pergunjingan terutama para ibu yang ikut aktif dalam pelaksanaan penyelenggaraan upacara panggih tersebut. Untuk mengurangi perbedaan-perbedan dan pergunjingan tersebut perlu diatur jalannya upacara panggih secara kronologis sebagai berikut :
 1.     Pengantin putra dan putri setelah dekat dengan tempat upacara panggih yang telah disiapkan, masing-masing diapit oleh dua pemuda untuk pengantin putra, dua pemudi untuk pengantin putri yang masing-masing membawa kembar mayang
2.     Bapak dan Ibu pengantin putri dipersilakan ikut menyaksikan di tempat panggih
3.     Upacara panggih dimulai dengan saling melempar sadak (sirih yang telah digulung dan diikat dengan benang) antara pengantin putra dan pengantin putri.
4.     Upacara menginjak telur yaitu pengantin putra menginjak telur ayam kampung sampai pecah dengan kaki kanan.
5.     Setelah pengantin putra menginjak telur disusul pengantin putri membasuh kaki kanan bekas menginjak telur dengan air kembang setaman.
 6.     Pengantin putra menerima persembahan dari pengantin putri dengan kedua tangan pengantin putra memegang pundak pengantin putri. Pengantin putri membasuh kaki pengantin putra merupakan persembahan.
7.     Pengantin putra memegang tangan pengantin putri untuk di ajak berdiri bersama-sama, memohon doa restu kepada para orang tua (pinisepuh) dan para hadirin yang biasanya dibacakan oleh Juru Rias. Pada saat itu kedua pengantin diharuskan memejamkan kedua matanya rapat-rapat.
8.     Upacara penukaran kembar mayang
9.     Pengantin putri dipersilakan berdiri di samping sebelah kiri pengantin putra dan kedua pengantin bergandengan tangan dengan jari kelingking mengelilingi tempat upacara menginjak telur satu kali.
10. Bapak dan Ibu pengantin putri menyelimuti kedua pengantin dengan kain sindur, dan setelah itu Bapak pengantin putri berdiri di depan kedua pengantin, sedangkan ibu pengantin putri tetap di belakang kedua pengantin. Kedua pengantin memegang ikat pinggang sang bapak dan sang ibu memegang pundak kedua pengantin, tangan kiri memegang pundak bagiakiri pengantin putri, sedang tangan kanan memegang pundak pengantin  putra. Setelah siap Bapak, kedua pengantin dan Ibu berjalan menuju ke tempat pelaminan dengan menurut irama Gending Kodok Ngorek. Upacara tersebut dinamakan sindur binayangan atau singkepa. Dalam hal ini mengandung arti bahwa Bapak yang berjalan di depan sebagai “ing ngarso sun tulada” sedangkan kedua pengantin berada ditengah sebagai “ing madyo mangun karso” dan belakang kedua pengantin adalah sang Ibu sebagai “tut wuri handayani”.
11. Upacara Bobot Timbang yaitu setelah Bapak sampai di pelaminan, maka Bapak duduk di pelaminan yang kemudian disusul kedua mempelai duduk di pangkuan Bapak yaitu pengantin putra duduk di paha kanan sedangkan pengantin putri duduk di paha sebelah kiri. Sementara itu sang Ibu berjongkok di depan kedua pengantin sambil tangan kanan memegang paha pengantin putri. Pada saat itu Ibu bertanya kepada Bapak “Abot endi Pakne?” (Berat mana Pak?) yang kemudian dijawab oleh Bapak “Pada abote!’ (sama beratnya!)
12. Upacara Tanem yaitu setelah upacara bobot timbang selesai Bapak berjalan melalui tengah antara pengantin putra dan putri, menuju kehadapan kedua pengantin. Setelah teratur rapi Bapak memberi sekelumit wejangan yang selanjutnya Bapak mendudukkan kedua pengantin di pelaminan dengan memegang pundak (bahu) mereka.]
13. Upacara Kacar-Kucur atau disebut juga upacara tanpa kaya yaitu setelah selesai upacara bobot timbang, Bapak dan Ibu duduk disebelah kiri pengantin putri yang kemudian disusul dengan upacara kacar-kucur yaitu pengantin putra berdiri memberikan isi kantongan kepada pengantin putri yang telah siap untuk menerimanya dengan kain khusus untuk itu dan setelah isi kantongan habis, kain itu untuk membungkus isi dari kantongan yang kemudian diberikan kepada Ibu untuk disimpan.
14.  Upacara Kembul Dahar atau bersantap bersama, yaitu kedua pengantin saling suap-suapan dengan nasi kuning atau nasi punar.
15.  Upacara Tilik Pitik atau disebut juga mertuwi yaitu upacara penerimaan besan. Setelah selesai upacara kembul dahar, Bapak dan Ibu pengantin putri berdiri dan kemudian berjalan menuju mendekati pintu untuk menjemput besan yaitu Bapak dan Ibu prngantin putra. Bapak dan Ibu pengantin putr mempersilahkan duduk di sebelah kanan pengantin putra dengan susunan : Kedua pengantin di tengah diapit oleh patah sakembaran, kemudian sebelah kanan kirinya Ibu-ibu pengantin dan pinggir kanan kiri adalah Bapak pengantin putra dan Bapak pengantin putri.
16.  Upacara Sungkeman yaitu setelah selesai upacara tilik pitik kemudian disusul dengan upacara sungkeman. Kedua pengantin menyampaikan sungkem sembah kepada Bapak dan Ibu dari kedua pengantin.
17.  Upacara Tukar Kalpika yaitu pengantin putra dan pengantin putri saling menukar cincin dari jari manis tangan kiri dipindahkan ke jari manis tangan kanan
18.  Upacara Minum Air Degan (kelapa muda) yaitu Ibu pengantin memberikan gelas berisi air degan kepada pengantin putra, sedangkan Ibu pengantin putra memberikan kepada pengantin putri. Selanjutnya disusul dengan minum bersama-sama. Semua mengucap seger sumyah.
jawapalace.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda, sumbangsih Blog saya...